lateral puzzle

( + wacana )

Pernah dapat ini?

Dua ekor kambing—satu menghadap ke utara, satu ke selatan. Di antaranya ada makanan.
Terikat sedemikian rupa, keduanya tidak bisa membalikkan badan. Lalu, agar bisa makan?

Atau yang kurang-lebih seperti ini?

Seorang bayi jatuh terhempas ke tanah dari gedung flat duapuluh lantai. Ia selamat.

(Sejauh ingat, masih kelas tiga atau empat SD ketika dapat ‘kambing’ itu, sedangkan ketemu ‘bayi’ waktu sudah agak besar) Dalam dunia tebak-tebakan, problem seperti itu acap disebut dengan lateral thinking puzzle (lateral puzzle / situation puzzle).

*****

Perlunya melihat masalah secara berbeda dari asumsi umum, opsi skenario yang imajinatif (ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan), adalah karakteristik khas teka-teki jenis ini.

Si ‘bayi’, misalnya. Itu soalnya, sekarang silakan tebak jawabannya (reka situasinya)—enaknya bagaimana, supaya ceritanya ‘masuk’ (tak jauh beda dengan penulis naskah menggarap ide).

Tanpa imajinasi, orang akan sulit bisa ‘berpikir kreatif’

Jelas ada banyak skenario yang bisa klop dengan soal tsb, tetapi yang dianggap ‘benar’ tentu adalah versi si pemberi tebakan. Meski demikian, jawaban ybs sebaiknya yang ‘kena’, jangan asal-asalan ala “si bayi orang planet”—kurang bertanggung jawab (selain juga cuma norak).

Lateral puzzle mengolahragakan imajinasi hidup sehat produktif.

*****

Dalam ‘model formal’-nya, situation puzzle adalah program kelompok di mana peserta dalam batas waktu tertentu diminta menerka jawaban melalui tanya/jawab dengan moderator—yang hanya akan menjawab dengan ‘ya’, ‘tidak’ atau ‘tidak relevan’ (yes/no puzzle). Misal begini,

Baskoro datang ke sebuah pesta. Minum softdrink segelas, ia segera pamit begitu acara mulai.
Malam itu juga semua yang minum softdrink di sana mati keracunan. Semua, kecuali Baskoro.

Contoh dialognya,

T: Apakah Baskoro datang sendirian? — J: Ya
T: Apakah Baskoro datang membawa tas? — J: Tidak
T: Baskoro pernah dipenjara? — J: (berpikir sejenak) Tidak relevan.
T: Apakah Baskoro pernah terlibat. . . (dst)

Bertanya butuh imajinasi, atau yang ada cuma akan bingung sendiri

Jawaban: Baskoro lolos dari maut karena datang awal dan minum cepat-cepat (softdrink lazim disajikan dingin dan racun ada pada es batu—yang belum cukup mencair saat si Bas minum).

Situation puzzle mengasah naluri bertanya—apa, kenapa, lho kok bisa.. dst.

*****

Dari tanya/jawab di atas terlihat bahwa untuk bisa menghampiri jawaban/menguak ‘fakta’,

Kuncinya ialah: mengajukan pertanyaan yang imajinatif-konstruktif—yang bakal sulit tergagas jika orang mudah terjebak asumsi berkutat dengan info yang tidak substansial (dalam contoh, melulu mengejar figur Baskoro, dan bukan minumannya, cenderung akan membawa penanya kepada jalan buntu—dan sekian simpul pertanyaan penting jadi sukar tersentuh).

Pada hakikatnya, situation puzzle adalah sebuah cerita yang sekian info pentingnya sudah dipereteli sehingga terkesan menjadi suatu ‘kisah yang aneh’ (misal pada kasus Baskoro, perhatikan bahwa kata ‘es’ dan ‘dingin’ sengaja dihindari penggunaannya dalam teks soal).

Secara prinsip, ini mirip dengan kondisi sekarang di mana gempuran ‘info yang tak lengkap’ (terpotong di sana-sini, tidak objektif/sarat muatan kepentingan, timpang—fokus berlebihan pada aspek tertentu sekaligus berpaling dari sekian aspek lain yang justru lebih esensial) melanda semua orang—dari segala penjuru, sepanjang waktu.

Yes/no puzzle melatih melihat ‘di mana bolongnya’ (keterangan, info, isu dll).

*****

Jadi kalau membangun generasi yang cerdas memaknai/menyikapi informasi sudah dianggap mendesak, menyisipkan sedikit pelatihan keterampilan bertanya melalui sesi senang-senang ala yes/no puzzle ke dalam kurikulum sekolah/kuliah mungkin bukan sebuah ide yang buruk.

Di laut problemnya bukan cari air, tetapi bagaimana supaya bisa minum

Di era di mana informasi dan kabar burung sering silih-berganti datang sendiri tanpa permisi, tantangan utamanya bukan ‘tahu berita’, tetapi lebih kepada ‘paham berita’.

*****

(Contoh lain bagaimana pertanyaan yang salah cuma membuat susah, lihat ‘fallacy‘)
————————————

Catatan:

Ditulis sebagai ‘wacana lateral’ perlunya memupuk kecerdasan informasional sebagai sebuah tuntutan zaman dengan menanamkan kesadaran akan ‘kebutuhan bertanya’ sejak usia muda.

Istilah lateral thinking (Indonesia: ‘berpikir lateral’) diperkenalkan oleh Edward de Bono, sedangkan lateral thinking puzzle dipopulerkan oleh Paul Sloane.

Kisi-kisi: kambing (trus, susahnya?); bayi (sekali lagi, ‘dari mana?’).

Teknis yes/no puzzle: Agar peserta saling tidak tahu dialog kelompok lain dengan moderator, komunikasi bisa dilakukan via media chat (skype, Yahoo! Messenger dll). Jika di lab, adanya ‘background music’ bisa lebih menyamarkan dialog intrakelompok. Setelah waktu habis, tiap kelompok diminta menyerahkan jawaban dan dilanjutkan dengan sesi pembahasan (terhadap sekian sampling jawaban, baik yang berhasil dan terutama yang tidak). Terdapat beberapa variasi yes/no yang bisa diterapkan (dalam contoh, ditambah ‘tidak relevan’).

Referensi/pustaka:
Leadership Decision Making (Hossein Arsham)
“The Leader’s Guide to Lateral Thinking Skills : unlocking the creativity & innovation in you &
your team”
(Paul Sloane, Kogan Page Limited, 2007)

Terima kasih kepada Fbi atas inspirasinya

—KK—

12 thoughts on “lateral puzzle

  1. saya suka banget nih sama lateral puzzle gini, seru, haha
    good post! 🙂

    Terima kasih Ecky. Iya—seru, menghibur, menjengkelkan.. :mrgreen:

    Jawaban: (untuk yang mencari, maaf, kelupaan—select area untuk melihat)
    kambing → keduanya tidak saling membelakangi. . .
    bayi → orangtua si bayi tinggal di lantai dasar. . .

  2. jujur aku bingung. gk mudeng

    Hehe.. terima kasih feedback-nya, Nurul. Poinnya kira-kira (a.l.) tentang pentingnya melatih imajinasi begitulah..

    PS: Artikel di blog ini kadang memang lumayan ‘segmented’, dan yang ini sepertinya termasuk yang ‘plat merah’ (lihat ‘indeks’). 🙂

  3. Buat yang ini butuh kecerdasan berbahasa ya. Agak sulit dimengerti hehe.

    Terima kasih banyak, Fazrin. Sebagaimana ‘kambing Monty’ dan ‘fallacy’, sepertinya kalau mengurai teka-teki saya masih suka kedodoran he..he.. Padahal pinginnya bikin novel misteri pembunuhan atau apa gitu.. :mrgreen:

    Kalau ada waktu mungkin bisa tengok juga yang dua itu, lalu kasih tahu saya sulitnya di mana—mis di bagian penjelasan atau keseluruhan artikel.

    PS: [contoh terapan ‘lateral thinking’] Misal ada orang mati teracun minuman dengan zat yang sulit didapat. Lalu media heboh berlebihan meliput si terduga (padahal kalau mau selidik juga bagaimana zat tsb kok bisa sampai didapat, bukan tidak mungkin urusan lebih besar bakal terungkap). Untuk contoh lateral thinking atas kasus Sarinah tempo hari, bisa cek artikel Fbi yang linknya ada di ujung tulisan.

  4. Ah…suka bagian ini “tantangan bukan di ‘tahu berita’ tapi pada ‘paham berita'”..ga perlu situasi yang sengaja dibuat, sepertinya, kejadian dan proble sehari-hari udah jadi “situation puzzle” ya 😀

    Betul sekali, Ina—setiap hari. Tapi karena kita gampang hanyut dengan aspek/detail hebohnya (ala bayi jatuh di atas), lalu jadi suka salah konteks. Ironi zaman sekarang (di mana berita datang bak banjir bandang, siang malam): “makin suka nelan berita, makin ndak tahu apa-apa”. Bukan kita aja sih, problem di negara maju sama juga. 🍸

  5. Tentang kambing: Lha wong kedua kambing itu saling berhadapan muka, satu menghadap selatan dan satunya menghadap utara, ya pasti saja bisa makan.

    Tentang bayi: Tidak disebutkan jatuhnya dari tingkat paling atas (lantai 20), untuk bisa selamat pasti jatuhnya hanya dari tingkat paling bawah / lantai 1.

    Iya tuh, kayaknya baru bulan depan ortu si bayi rencana pasang tralis.. Waktu diberi yang pertama dulu, akhirnya saya nyerah sama kambing. 🙂

  6. No difference like doing math I guess.
    Harus bener2 ngerti seluk beluk ‘hint’ yg mau di tunjukin biar masuk akal.
    Jd inget film A Million Ways to Die In West.

    Halo GQW. “A Million Ways to Die In West” ini maksudnya sama si Bridget yang suka nangkring di atap itukah? Kocak filmnya. Oya kalau problem math sifat jawabannya eksak, kalau ini karena kemungkinannya banyak kita seperti sekaligus diminta nebak apa mau si pemberi tebakan. Mirip dgn yang sudah diisyaratkan komen mebigina:

    “Life is one big situation puzzle” 🙂

  7. Luar biasa mas Kuka… Diam sejenak, boleh tutup mata atau keluar sejenak dari pokok, imajinasi pola, rentang benang merah biar tdk terjiret fakta yg ‘seolah’ saling silang. Terima kasih disuguhi lateral puzlle.

    Estu sekali Bu Prih, mengurut benang merah dengan ‘gambar’ yang sama sekali baru sungguh ada ‘seni’-nya. Terima kasih juga untuk hidangan lezat 24-nya. 🙂

  8. belum pernah dapat kak tpi lumayan untuk mengasah otak ya

    Sangat lumayan sekali 🙂 Kalau ada waktu mungkin bisa cek blog rynari, oleh Bu Prih malah diolah sampai ada sedikit gerak badannya segala.. Keren abis!

  9. Saya jawaban kambing dan bayi, dapatnya dari baca jawaban orang 😳
    btw kasus sarinah harusnya bisa selesai dengan metode gini yaa? *saya milih berpuisi aja kayaknya, tentunya versi saya 😀 *

    Otomatis selesai sih mungkin tidak, tetapi peluang mengatasi dan meminimalisir dampak buruknya akan lebih mudah jika orang tidak terlalu gampang hanyut menyebar-nyebarkan isu tentang hal yang mereka sendiri tidak begitu paham.

    PS: Lewat puisi? Asyik itu! 🙂

Tinggalkan Balasan ke greatestqueenwolf Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.