– game kecerdasan –
Bebas dari unsur kekerasan (plot/teks/audio/visual), tidak biyayakan (tanpa ‘tekanan waktu’ pun sama sekali tidak butuh kecepatan tangan) serta amat mudah dimainkan (cukup dengan ‘tombol panah’). Itulah antara lain karakteristik [game] Sokoban (arti: pekerja/buruh gudang).

‘Soko-Ban‘ (level-1)—bersahaja namun canggih, tanpa ‘dar-der-dor/bak-bik-buk’
Idenya: kita diminta menggeser sejumlah peti ke tempat yang telah ditentukan. Kendalanya: peti/boks hanya bisa didorong (tidak bisa ditarik), dan sekali dorong kita cuma kuat satu peti.
Game tahun 80’an buah karya Hiroyuki Imabayashi ini hadir dalam beberapa versi, tetapi yang lazim dianggap sebagai ‘versi asli’ adalah yang dirilis oleh Thinking Rabbit yang terdiri dari 50 level dengan kategori tingkat kesulitan kira-kira seperti ini:
Level 1-10: perkenalan (dari yang paling mudah lalu meningkat)
Level 11-15: lumayan (mulai kompleks/butuh waktu pikir lebih lama)
Level 16-50: campuran (terutama antara yang ‘sulit’ dan ‘lumayan’)
Dan di versi untuk IBM PC yang dirilis Spectrum HoloByte (gambar di atas), ada pula ekstra ‘slot kosong’ (level 51-99) yang bisa kita isi dengan desain puzzle Sokoban ala kita sendiri.
*****
Mungkin karena sifatnya yang ‘nir-action’, Sokoban relatif kalah populer dibandingkan dengan banyak produk seangkatan (apalagi yang termasuk ‘mainan wajib’ seperti Bricks atau Digger).
Akan tetapi karena aspek kebaruan (novelty) yang terasa demikian orisinil dan kuat, Sokoban (yang notabene adalah merk dagang/nama brand) kemudian praktis menjelma menjadi suatu genre/jenis game tersendiri (mirip dengan kasus Pac-Man dan Tetris).
Sebuah ‘prestasi’ yang rasa-rasanya tidak terlalu gampang diraih, apalagi oleh game di ranah software yang kemunculannya demikian deras dan populasinya bisa dikatakan tak terhitung.
Sokoban—simpel, lintas-usia dan sangat ‘menantang mental’.
*****
—————————————
CATATAN
Ada satu hal menarik pada Sokoban ‘versi IBM PC’ (yang sering luput dari perhatian orang, termasuk mungkin sebagian [mantan] fans-nya di Tanah Air)—yaitu di opening screen-nya:

Tampilan pembuka Sokoban—ada yang terasa ‘menggelitik’ [rasa ingin tahu] di sini..
Perhatikan nama programmer-nya: Farah Soebrata. Indonesia (aroma Sunda) sekali, bukan? (versi ini mendunia tahun 80-an) Jika betul anak negeri.. “Ah, keren kali Mbak/Bibi Farah ni!”
Hal #2: Nostalgia bermain game komputer zaman ‘KGB’ (kuda gigit besi)
sering frustasi maen game ini kalo udah salah strategi. 😀
btw keren banget nih Mbak Farah. jempol deh.
Akur sekali, kalo di masa banyak orang masih takut pegang komputer itu ada orang kita yg sudah jadi programmer di negara maju (dan game-nya cool pulak).. “Wow!”
Oya, yang versi DOS lebih sadis karena kita cuma bisa ‘undo’ satu langkah! 🙂
Mantap ini game.
Eh ni saya sekalian nebeng gambar ya, mungkin da pembaca lain yg juga familiar:
‘Hall of Fame‘ 1980-an: Bricks, Digger, Pac-Man, Tetris
Zaman orang pada blum pakai hard-disk, dan memori komputer cuma 640 KB(!) 😀
Sounds like some of the games I got for my kids back when they were little. I was hoping it would help with brain development.
Definitely, Alice. Fun, with a heck lot of brain teasing qualities..
One of my all-time faves, this one. Perhaps ‘the most’, even. 🍸
Interesting, all the best.
Hi Brian. Much enjoyed that ‘windy sign’ of yours 🙂
I played this game already on mij old pc
Aye, Rebbeltje! Those good ol’ days of the 80’s 🙂 🍸
The nostalgic value of many of these “classic” games is inspiring movies too.
Indeed, BT. Perhaps that’s one of those things classics do. 🙂
Looks too brainy for me. =)
Takes much less brain than mothering/dealing with ‘PMS’, believe me (I’m a guy) 😀
Kula nuwun…ikut permainan dorong peti. Suka sekali njenggluk mendorong peti ini. Penasaran langkah strateginya, meski saya hanya bercokol di level pemula.
Wah luput dari perhatian, karya luar biasa mbak Farah ini. Salam
Monggo.. Kalau tak salah ingat, jam 9 malam saya nyoba game ini dulu (th 80-an). Maksud hati cuma mau ngicipi beberapa level (sebelum ngurusi hal lain lalu tidur). Eh lha kok terus.. dan tahu-tahu sudah lewat jam 2 pagi. Sebenarnya masih ingin terus tapi terpaksa stop (kala itu mata masih kuat jika diajak begadang mendadak, tapi kepala sudut kusut dan mental sudah lelah mikirin buah karya Mbak Farah). Salam
lama nggak main game. sepertinya asyik ini game
Boleh dicoba, Hafidh. Kalau boleh saran, ngicipi yang versi asli dulu, setelah katam kalau memang suka baru cobain yang ‘Cantrip’.
sembra un gioco ma io non capisco molto
grazie per la visita
And a game it is, Vicky. Though not as popular as many of its colleagues like Tetris, Pac-Man or Tetris. Thanks for stopping by.
Doing my best to read in the English translation. Another interesting topic.
That could be very hard, as I frequently use nonstandard Indonesian. 🙂 Much appreciated, really. It’s a [computer] game from the 80’s. Quite mentally challenging, I must say. Many thanks.
Saya terhempas ke masa lampau hahaha. Dulu ketika main game ini caranya kroyokan sama sepupu. Nice!
Halo, terima kasih Kean. Buat saya ini game komputer paling membekas di hati. Dan satu dari sedikit game DOS yang masih mukim di hard-disk sampai kini. 🙂
I remember this game….. very funny.
Yes, hours and hours of fun. So simple, yet quite mind-blowing. 🙂
Gw jadi penasaran siapa Mbak Farah ini ^^ Hehe.
Keren, bang blognya banyak bule yang relain baca dalam english translate…
Si Mbak/Bibi yang ini lebih suka low profile sepertinya 🙂
Terima kasih, Hari. Nggak nyangka juga. Sejak artikel ‘deus ex machina‘, ada saja orang jauh yg mampir dan bunyi, padahal kan tahu sendiri pakai translator mesin itu hasilnya seperti apa. Beruntung saja sih kayanya.. 🍸