mnemonik

– teknik/seni mengingat –

Menjewer kuping sendiri, menepuk lutut keras-keras.. Lagu TK (Taman Kanak-kanak) ini selalu kami nyanyikan berdiri sembari memegang delapan bagian tubuh (mengikuti aksi Bu Guru).

♫ Kepala.. pundak lutut-kaki-lutut-kaki (2x)
Daun telinga, mata hidung dan pipi
KEPALA.. pundak lutut-kaki-lutut-kaki!
(nada/power/semangat naik)

Dan begitu selesai seisi kelas pasti langsung terkekeh-kekeh. Bu Guru memang hebat, ada saja cara Beliau mengajak kami bersenang-senang—tidak merasa sedang belajar. Padahal, coba: gerak badan, melatih artikulasi (+ pernapasan), rasa kebersamaan.. semua dapat(!) Ya, kan?

Pun, liriknya merupakan suatu pembekalan kosakata (terlebih, masa itu banyak anak masih canggung berbahasa Indonesia—orangtua tidak pernah sekolah/hanya bisa bahasa daerah).

Artinya, lagu tersebut adalah sebuah mnemonik (mnemonic).

*****

Mnemonik, simpelnya, adalah teknik (kiat/sistem dsb) agar orang [mudah] ingat akan sesuatu (utamanya, tentu saja, ketika dibutuhkan). Bisa untuk diri sendiri/orang lain, individu/kolektif.

Berminat mencobakah? Sedikit tips dari pengalaman pribadi..

Cicipi yang Variatif

Ada banyak jenis mnemonik (silakan googling), jadi janganlah kita terpaku dengan hanya satu jurus/trik/cara saja. Misal sudah dibekali Bu Guru yang tipe lagu, perkaya dengan yang beda:

Mbak Vera bawa mangga Yogya–Solo untuk Nenek

Tahu nama-nama planet dalam Tata Surya tetapi suka lupa urutannya? Ambil saja ‘inisial‘ dari kalimat sederhana di atas: Merkurius-Venus-Bumi-Mars-Yupiter-Saturnus-Uranus-Neptunus.

Biasakan Ngarang

Yang pas buat orang lain belum tentu cocok buat kita. Jadi jika memang tak suka, jangan ragu: modifikasi atau bikin sendiri sekalian saja—kalau perlu mengada-ada! (Yang penting ‘kena‘)

Dik Papen

Tak jadi masalah di dunia ini benar-benar ada orang dengan panggilan seperti itu atau tidak, yang jelas dalam bahasa Indonesia (pun dalam banyak logat Nusantara) kata ‘Dik’ (dari Adik) cenderung selalu diucapkan [Dek]—dengan bunyi [e] mirip pada kata ‘becak’ atau ’sate’.

Kasus. Kita dalam situasi darurat (lihat artikel ‘SOS’) tetapi saat hendak kirim sinyal lupa kode SOS itu 3×3 [pendek–panjang–pendek] atau [panjang–pendek–panjang]. Ini gawat! Solusinya?

SOS = dek-pa-pen → [pendek–panjang–pendek]

Hore! Kita selamat!!

Jangan Takut Norak

Apa boleh buat, kadang yang ‘tidak elegan’ (atau bahkan salah) itu justru lebih mudah diingat. Misalkan kita suka lupa perkara ‘hakekat-hakikat’ (yang benar yang mana). Lalu ketemu ini,

kebenaran [yang] hakiki

Aha! Berarti penulisan yang betul itu kira-kira ya ‘hakikat’ (sebab jika ‘hakekat’ nanti jadinya kebenaran yang ‘hakeki’). Ini lumayan, tetapi boleh jadi belum aman (masih mudah terlupa).

Masalahnya jelas, yang terlalu wajar/biasa itu cenderung gampang tenggelam dalam memori. Agar membekas, sebuah pengalaman (apalagi yang singkat) butuh sesuatu yang ‘menyengat’.

Jadi biar tak lupa-lupa lagi, coba saja baca ‘mantra’ [yang jelas-jelas keliru] ini:

kebenaran hakeki
kebenaran hakeki
kebenaran hakeki

Sambil diresapi, betapa konyol itu kedengarannya..

*****

[Nebeng mode on] Mumpung masih bulan Syawal dan ingat. Jika tulisan/reply di blog ini (atau comment di blog lain—atau apapun) pernah menyinggung perasaan/melukai hati, Kutukamus

“Mohon Maaf”

Oya, hampir lupa. Pembaca ada teringat pengalaman bermnemonikriakah? Bagi-bagi dong.. [Merayu-minta-sumbangan mode on]

*****

———————————

CATATAN:

Agar sebuah proses mnemonik ‘bekerja’, kita kerap butuh reminder (‘pengingat’). Foto orang dekat yang ditaruh di dompet (mis agar uang yang ada tak dipakai untuk hal yang tidak-tidak) adalah reminder. ‘Dik Papen’/’kebenaran hakeki’ juga reminder. Sedangkan lagu dari Bu Guru dan ‘Mbak Vera-Nenek’ adalah contoh mnemonik tanpa reminder [yang spesifik].

Tidak semua yang ‘ingat’ itu mnemonik. Luka traumatik, obsesi serta jatuh cinta (siang-malam wajahnya terus terbayang Ohh..!) adalah beberapa contoh kasus ‘ingat’ yang bukan mnemonik.

Meski hampir tidak pernah dinyatakan secara eksplisit, blog ini juga sering bermnemonik ria dalam paparannya (‘stalaktit-stalagmit’, ‘episentrum-hiposentrum’, ‘deus ex machina’, ‘cadel’, ‘nuansa’, ‘lateral puzzle’, ‘Inggris’, ‘aksen-dialek’, ‘tahun baru’, ‘tahun cahaya’ dll).

Gambar, irama, akronim, humor, tebak-tebakan.. Banyak hal (termasuk bahkan ‘distorsi’!) bisa membuat sebuah mnemonik jadi terasa enak (mudah diterima) dan efektif (lancar berfungsi).

‘Mbak Vera-Nenek’ merupakan modifikasi dari varian mnemonik populer bahasa Inggris yaitu “My Very Educated Mother Just Served Us Nothing” (E/B → Earth/Bumi. J/Y → Jupiter/Yupiter), sedangkan ‘Dik Papen’ dan ‘kebenaran hakeki’ murni hasil ulah-olah sendiri.

—KK—

23 thoughts on “mnemonik

  1. Mervebumayusaurnep – nama planet
    Mejikuhibiniu – jenis warna
    Semua Sin(dikat) Tang(an) Kos(ong) – nilai positif dari trigonometri di kuadran kartesius
    Yang dicari taruh di atas – mencari porsi dari suatu rasio
    Mecotot : m . c . 🔺t (kalor lebur)

    Salam kenal.

    Hahaha..!! Sindikat Tangan Kosong mecotot!! Muantab!
    Terima kasih. Pagi-pagi sudah ada sumbangan gendut euy..

  2. Mnemonic rules are so useful.-.– I even used them while I was at the University!-
    A good reminder of their importance here! 😀 thank you… happy weekend. Love & best wishes ⭐

    You’re much welcome, Aquileana. Mnemonic saves us a lot of stress indeed. And some even make the memory stay forever (perhaps). 🙂 Best wishes to you too ⭐

  3. Kalau begitu singkatan kata apa juga termasuk mnemonik? Untuk mengingat jumlah hari dalam satu bulan (januari s/d Desember), dulu guru mengajarkan dengan lukukan kepalan tangan. Mulai tulang dibawah kelingking, yang ada tulang 31 hari dan tak ada tulang 30 hari. kalau sudah sampai tulang dibawah telunjuk, balik lagi ke kelingking. Kecuali Pebruari 28/29 hari.

    Terima kasih Bu Lois, ‘trik tangan’ itu ampuh ya. Ttg batasan persisnya saya tidak tahu, tapi sepemahaman saya, mnemonik butuh ‘motif/kesengajaan‘ (utk ingat):

    niat → metode → timing (ingat saat diperlukan)

    Sebagai sebuah ‘teknik belajar’, dalam mnemonik kita sengaja menciptakan ‘trik’ agar ingatan akan sesuatu tidak hilang—ada upaya (intentional) untuk mengingat.

    Itu kenapa hal-hal spt pengalaman traumatik/jatuh cinta (di mana ‘ingatan’ akan sesuatulah yang justru mendominasi pikiran/punya kuasa atas kita—dan bukan sebaliknya) tidak saya anggap sebagai mnemonik.

    Setali tiga uang, apakah suatu singkatan (/gambar/lagu dsb) itu merupakan bagian dr mnemonik/tidak juga ditentukan oleh ada/tidaknya motif/sebab ‘ingin ingat’ tsb.

    Dan jika itu yang kita pakai, kita bisa bilang semua yang berikut ini sebagai bukan mnemonik (sebab alasan dibuatnya bukan karena orang ingin ingat/takut lupa):

    – SD/SMP/SMA/SMU (jenjang pendidikan)
    – pegel/gepeng (pengusaha gol. ekonomi lemah/gelandangan-pengemis)
    – OMG!/woles (oh-em-ji → “Oh my God!’/santai-selow → ‘slow’)
    – Kudatuli (Kerusuhan 27 Juli)
    – singkatan2 yg dibuat untuk menyamarkan (merahasiakan) maksud dll

    Bisa kita perkirakan, singkatan spt SD/SMP dibuat bukan karena orang takut lupa istilah ‘Sekolah Dasar’ dst itu, tapi lebih karena motif kepraktisan (baca/tulis) saja. Idem, ‘pegel’/’gepeng’ jelas [motif] kelakar, ‘OMG!’/’woles’ sosiolek, dan ‘Kudatuli’ sindiran/olok-olok/umpatan ringan (terhadap pihak penguasa saat itu).

    Kira-kira begitu Bu Lois 🙂

    • Terima kasih dgn penjelasannya. Jadi mikir sebenarnya singkatan itu malah seringnya membuat orang lupa apa arti kepanjangannya, terutama di Indonesia yang banyak banget singkatan. Pak Jokowi juga bilang ‘singkatan koq panjang-panjang’ hehehe

      Haha.. benar itu. Malah, beberapa singkatan terkesan dibuat karena orang kurang kerjaan/asal latah/tidak tahu lagi mesti berbuat apa (singkatan ‘semboyan kota/kabupaten’ yang indah2—di mana rata-rata warganya sendiri tidak tahu/tidak peduli/kesulitan mengingat, saya masukkan dalam kategori ini). :mrgreen:

      Oiya..ya, saya lupa sama sekali kalau presiden RI pun ‘singkatan’ hihi.. Hebat yang kepikiran bikin. Maksud saya, tidak ada yang salah dengan ‘Joko Widodo’, tapi [the word] ‘Jokowi’ benar-benar terasa (sounded/looked) internasional! 🍸

  4. Luar biasa menikmati postingan beserta diskusi hangat. Jembatan keledai kami ingat untuk mempermudah pola mengingat.
    ABCD untuk merumuskan tujuan yg berkomponen audience, behavior, condition dan degree.
    Terima kasih Mas KuKa.

    Matur nuwun juga Bu Prih. Karena asing dengan istilah ‘jembatan keledai’, saya lalu langsung cek di wiki.. Eh, lha kok njuk malah diparingi bonus nemu istilah baru lagi: pons asinorum. Hore!

  5. Mnemonic methods are a fantastic tool. I still remember certain music mnemonics used in school to teach history.

    Some ‘musical’ for history lesson? Sounds great, BT! Never heard of that! 🍸

  6. Nah kan tiap berkunjung kesini aku berasa pinter soalnya jadi tau yg gatau #halah. Waw ternyata SOS itu ada morsenya toh kirain kalo perlu sos ya teriak aja gitu *keliatan kan gapinternya* haha
    mnemonik yg tampak lebih mudah buat aku sih yg dibikin menjadi kalimat macem mbak vera itu.
    Aku sendiri pake ‘reminder’ buat menstimuli ((stimuliiii)) 😂 ingatan. misalnya isi phonebook hape aku gapernah nama seseorang tapi sesuatu dari si orang itu, misal nama temen aku budi trus dia suka minjem charger jadi di phonebook nama budi berubah menjadi tukang minjem casan. Haha aneh ya…

    Wajar aja sih orang punya kecenderungan/preferensi. Yang ala Mbak Vera atau Sindikatnya Kang Wisnu di atas sering enak kalo untuk yang sifatnya daftar/urutan. Tapi kalo untuk kasus lain semisal yang sifatnya abstrak (spt ‘nuansa’) atau pilihan (spt ‘hakekat-hakikat’) seringnya lebih cocok kalo pakai pendekatan lain.

    Eh boleh juga trik mu tuh, jadinya gak masalah meski nama sama gitu ya. BTW, kode teriakan darurat itu bukan SOS tapi SSS—”Sob, sini Sob!” (sob buntut kali)

  7. ya KUDATULI MALARI MADILOG GERPOLEK masuk mnemonic juga kali ya hehehehe

    Tergantung bagaimana kita memaknainya saja mungkin ya DW (hanya si pembuat sendiri yg tahu kenapa singkatan itu dibuat, kita cuma nebak 🙂 → reply /u Bu Lois).

    Misalnya, ‘Madilog’/’Gerpolek’ dpt kita masukkan ke dalam kelompok pelabelan ala ‘Monas’, meski beda motif—‘Monas’ lebih utk menciptakan identitas (tiap negara boleh jadi punya monumen nasional [national monument], tapi cuma Indonesia yang punya ‘Monas’), sedangkan ‘Madilog’/’Gerpolek’ (juga singkatan spt ‘Nasakom’) lebih mirip trik jualan (dgn menggunakan sebutan yang dianggap memikat/enak dikonsumsi/dengar agar ide/gagasan yang dikemukakan lebih mudah/cepat laku).

    Lalu, kalau mau, ‘Kudatuli’/’Malari’ bisa kita masukkan ke dalam grup horor/elit spt ‘Gestapu’/’Manikebu’ (yang terakhir ini ‘versi nonresmi’-nya kasar sekali). Maaf, tidak bisa saya bahas lebih jauh lagi di sini krn nanti akan jadi terlalu politis (lihat artikel ‘aksen-dialek’, reply u/ Sucipto Kuncoro).

    Intinya, mengingat motif utamanya bukan krn ingin ingat, semuanya saya anggap sebagai bukan mnemonik (tapi balik ke awal lagi, ini cuma menurut saya saja). 🍸

  8. ♫ cabeça .. ombro joelho-pé-joelho-pé
    deixa o orelhas, olhos nariz e bochechas
    CABEÇA .. ombro joelho-pé-joelho-pé! … Na minha adolescência eu cantava tanto essa musiquinha!! Saudade daquela época! 。◕‿◕。

    Beijos de chocolate e muito mais paz no coração!

    So that’s how your tongue would have to say.. Hope I’m not messing this up,

    O chocolate é bom o suficiente
    Para garantir a paz
    Mais ainda, se vier
    Com um beijo
    🙂 🍷

  9. I remember such songs like this growing up ~ and now understand them a bit better now after your post 🙂 Cheers!

    Well hello there, old chap! Been wondering when you’d finally be around again. Welcome back! 🍸 (I’ll go check Sojourn later, a little connection issue right now)

  10. Great the role of the mnemonic techniques in the field of education,most motivating your post!

    Many thanks, DG. Quite some invaluable device indeed, without which the path of learning would be much harder to take, I guess. Cheers!

  11. Great post! Truly, mnemonic techniques are very efficient in various fields. I find myself making up acronyms which I’m mugging up things for my exams. Thanks for sharing!

    You’re right, Megan. I find it quite handy on countless occasions myself, especially back then in my scooldays. Now I still use it to help me memorizing weird words like UNCI or YTTRIC for my crabble game. 🙂 Thanks for your kind words.

  12. Aku jadi mikir, untuk ngajari anak, harus kreatif. Lagi musim ulangan sih. Termasuk bikin singkatan. Sayangnya aku sendiri suka lupa setelah membuat singkatan itu.

    Benar Mbak Nur, ngajari anak [kecil] punya kesulitannya sendiri karena pendekatannya pun (termasuk misalnya saat kasih contoh reminder) juga mesti sesuai dengan tingkat kematangan mental mereka.

    ‘Lupa’ sering bisa diatasi dengan ‘suka’ (secara naluriah, makin suka, makin mudah ingat). Jadi kalau ngarang jurus, baiknya ujicobakan itu terhadap diri sendiri terlebih dahulu. Jika terbukti suka/enak/manjur (membuat kita gampang ingat), baru coba transfer ke orang lain. Meski agak berbelit, cara ini bisa menghindarkan kita dari memaksakan mnemonik yang tidak efektif (yang alih-alih meringankan, malah nambah beban).

    Mudah-mudahan [sedikit-banyak] bisa membantu. 🙂

  13. Apakah mnemonik ini di semua bahasa sama? Kayaknya di Indonesia semua bisa di utak Atik gatuk dari mnemonik yang apik.

    Ibarat orang, tiap bahasa punya karakter masing-masing (tak ada yang sama persis, pasti ada nuansa/beda-beda tipisnya)—alias beda kasus, bisa beda pula ceritanya.

    Dampaknya, ada sebagian mnemonik yang mudah ‘dialihbahasakan’ (mis ‘urutan nama planet’ di atas), tapi banyak pula mnemonik yang sulit/tidak relevan atau bahakan akan jadi tidak logis untuk diterjemahkan ke dalam bahasa lain (mis ‘Dik Papen’ dan ‘kebenaran hakeki’).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.