! – istilah onomastika
Bus berhenti di depan sebuah warung. Ada yang naik/turun, sepertinya. Seorang bocah yang duduk di sisi jendela membuka mata. Setengah sadar, ia membaca tulisan di papan warung:
WARUNG GUDEG MERAK MATI
Oh, jadi gudegnya pakai daging merak. Kira-kira enak mana ya sama daging ayam? Eh, tapi..
Kenapa mesti bilang ‘mati’ sih? Kan nggak mungkin juga burungnya dimakan hidup-hidup??
Bus mulai bergerak lagi, dan bocah kelas satu atau dua SD (yang masih bingung) itu kembali tertidur, sama sekali tidak ngeh kalau ‘Merakmati’ adalah sebuah toponimi—nama tempat.