– puzzle / seni jalanan –
Pertama kali jumpa problem pinggir jalan adalah pada paruh kedua tahun 80’an, saat tengah bermalam di sebuah kota kecil—di remang emper daerah pecinan yang banyak tokonya sudah mulai pada tutup, dalam pendaran cahaya lampu tempel yang ditaruh begitu saja di dasaran, secara tak sengaja mendapati ada orang menggelar dagangan yang lain daripada yang lain...
Yaitu sebuah teka-teki(!)

Putih jalan dan mat dalam tiga langkah
‘Problem pinggir jalan’ ialah istilah untuk problem catur (chess problem) yang digelar secara kaki lima di trotoar/emper toko/bahu jalan. Mau/berani coba? Bayar dulu ‘biaya pendaftaran’, dan jika berhasil akan dapat imbalan senilai tiga kali lipat dari itu (dalam bentuk rokok/uang).
Putih bikin mat dalam tiga langkah artinya paling banter Hitam cuma sempat jalan dua kali (1.Putih Hitam 2.Putih Hitam 3.Putih# skakmat). Dan agar kondisi seperti itu bisa dipaksakan (atas Hitam), dari semua kemungkinan langkah pertama Putih, hanya satu yang tepat.
Satu-satunya langkah awal Putih yang tepat tsb lazim disebut dengan ‘langkah kunci‘.
*****
Tips: Kenali Tema/motifnya
Meski tidak selalu, secara umum sebuah problem catur bakal lebih mudah dipecahkan kalau ide/gagasan-nya (sering disebut dengan istilah ‘tema‘ atau ‘motif‘) kita kenali terlebih dahulu.
Dua problem mat dalam tiga langkah kelir hijau ini, misalnya (bagi yang hobi catur/problem, silakan dicoba terlebih dahulu sebelum melanjutkan). Kalau cuma ‘asal hajar’, boleh jadi lama baru ketemu (atau malah pusing sendiri). Tetapi kalau idenya dikenali (ini bangunan ‘maunya’ apa), bukan tidak mungkin dalam sekejap sudah beres (terutama contoh hijau yang pertama).
Contoh tema/motif #1: habis/mati langkah
Kadang posisi Hitam demikian terkekang di mana satu-satunya pilihan tinggal ‘buang langkah’. Untuk problem seperti ini, solusinya sering dengan menguasai ‘petak buang langkah‘-nya.
Meski sepintas kelihatan ruwet, rata-rata buah Hitam di sini sesungguhnya sudah tidak berkutik (Benteng geser ke mana pun bakal langsung diterkam Menteri, promosi bidak juga mengundang maut datang cepat, sedangkan kedua Kuda Hitam terikat oleh ancaman mat dari Kuda Putih). Satu-satunya buah Hitam yang bisa melenggang aman hanyalah bidak lajur–a.
Dan karena Putih cuma punya satu ‘buah nganggur‘, langkah kuncinya jadi tidak terlalu sulit untuk diraba.
1.Bh8! (1.Gxd7? Bc3!) a2 2.Ba8 Ba3 3.Bxa3#
Contoh tema/motif #2: promosi
Secara tipikal, yang membuat problem jenis ini suka bikin ‘silap jurus’ ialah banyaknya variasi yang mesti kita bayangkan (beda dengan contoh sebelumnya yang cenderung tidak variatif).
Jelas bahwa baik 1.Kxg4 gxf1M 2.Mb2 Mb1! maupun 1.Kxh2+ Rxf2! cuma akan bikin Putih kecele gigit jari.
1.Kh1! Kini, mengingat 1...
Rxh1 2.Kd2#, pilihannya tinggal mau promosi dengan memukul di f1 atau h1.
1...
gxh1M/G 2.Mb2 (mat menyusul)
1...
gxh1B 2.Bxa2 (lalu 3.Ma1#)
1...
gxh1K 2.Mh4 (lalu 3.Mxh2#)
1...
gxf1M/B 2.Rxa2 (mat menyusul)
1...
gxf1G/K 2.d4 (lalu 3.Mxd4#)
*****
Piknik Keliling Kota
Berikut adalah sebagian problem pinggir jalan yang tergaruk dari berbagai sudut kota Jakarta. Hasil memulung selama beberapa tahun—saat orang belum kenal medsos/telepon genggam, bahkan banyak yang masih ‘takut komputer’. Dengan beragam motif dan tingkat kesulitan.
Sebuah sisi emper Metropolitan yang mungkin tidak terlalu punya kans masuk sejarah.
Yang umum: mat dalam 3 (tiga) langkah
Hampir semua problem pinggir jalan adalah ‘mat dalam tiga langkah’. Ini mungkin karena dua langkah dianggap terlalu mudah (tekor bandar), sedangkan empat langkah terlalu sulit—yang pada gilirannya bisa menciutkan nyali orang untuk coba mencicipi (bisnis sepi).
Apapun, silakan bersenang-senang dengan yang enam ini. Gratis! 🙂
Lalu, harus bagaimana?
...
Bxc4) karena Benteng Putih akan langsung masuk (Bh5+)....
Yang langka: mat dalam 2 (dua) langkah
Karena terlalu ‘beresiko tembus’, menggelar problem dua langkah sebagai sarana cari nafkah mungkin termasuk perbuatan nekat. Toh, di trotoar kawasan elit Kuningan – Jakarta Selatan, pernah menjumpai ada ‘Mas-mas problem’ yang berani melakukan itu.
Satu teka-teki yang secara personal lalu jadi problem mat dua langkah paling favorit. ⭐️

Putih jalan dan mat dalam dua langkah
*****
Salah satu alasan kenapa orang menciptakan teknologi adalah agar hidup jadi lebih mudah. Maka agak ironis, bahwa kemudahan yang diberikan oleh teknologi (yang notabene adalah buah dari daya cipta manusia) kadang justru mematikan kreativitas itu sendiri.
Paling tidak, itu terjadi atas problem pinggir jalan—suatu bentuk seni/sport otak jalanan yang kehilangan ruang (untuk sekadar hidup atau apalagi berkembang) ketika rata-rata orang telah melek komputer dan fasih internet serta senantiasa pegang telepon pintar yang berkamera.
————————————
CATATAN
Sejauh pengamatan pribadi, problem pinggir jalan mulai muncul akhir tahun 80’an, lalu relatif menjamur di Jakarta pada paruh pertama dekade berikutnya, kemudian meredup, dan praktis sudah sangat sulit ditemui semenjak pergantian abad.
Saat pertama jumpa dulu (yang di kota kecil), biaya daftar adalah Rp500 dan jika berhasil akan mendapatkan rokok senilai Rp1500 s.d. Rp1600 (mungkin perlu dicatat bahwa itu adalah kota dengan dingin malam lumayan menusuk, terlebih lagi jika ditambah terpaan angin emperan).
Di Jakarta, biaya daftar adalah Rp1000 (narik Rp3 ribu jika tembus), beli kunci Rp5 ribu (dapat Rp15 ribu jika kunci terbukti tidak mat). Tarif ini berlaku umum di berbagai penjuru ibukota.
Sebagaimana ‘problem coklat’, ‘problem hijau’ (contoh) juga didapat dari jalanan kota Jakarta.
Sebatas opini, rata-rata problem catur kaki lima awalnya adalah hasil komposisi (gubahan) apik para seniman problem (dalam dan luar negeri) yang kadang sudah sedikit dimodifikasi. Lalu, kian hari kian banyak pedagang problem yang coba-coba ngarang bangunan sendiri.
Semua diagram/posisi/bangunan di atas terekam dengan cara ‘dijepret’ (on the spot) terlebih dahulu dengan mnemonik, setelah itu (di lain waktu dan tempat) baru ditulis dengan notasi (pecatur biasa melakukan hal ini untuk mengabadikan posisi/partai yang dianggap menarik).
REFERENSI/SUMBER
Dokumentasi pribadi
TOOLS
● Deep Fritz 14 (display/visual)
● Stockfish 9 (validasi posisi dan uji variasi)
Hal-2: Solusi (Klik tombol untuk kunci/jawaban dan analisisnya)
Voy atener que repasar varias veces las jugadas.
Voy a tener que repetir varias veces la jugadas porque estoy un poco oxidado con el ajedrez. Hace un buen tiempo que lo juego. Todo es muy interesante lo que explicas y con práctica se puede lograr salir adelante.
I’m glad you find these old faves of mine worth your while, Manuel. Watch it, though—one is very complicated, and another is diabolically tricky. 🙂 Cheers!
haloooooo
puyeng bang gue bacanya
gue main catur juga tp kalah mulu
hahahhahha
Eh cocok banget kalo begitu, ini artikel memang buat obat puyeng. Maksudnya barangsiapa yang tadinya baik-baik saja, kalo baca dijamin puyeng hahaha..!!
Kulanuwun mas KK. Wah mumet disuguhi catur lah biasanya main halma saja hehe arau gaple hehe…
Salam
Monggo, pinarak
nyaturngunjuk. Oh sae niku, itu berarti Bu Prih orangnya selektif. Kalau saya ular-tangga, ludo, monopoli, kartu, sekak apa saja ditelan.. Lha wong nggragas hahaha..!!Dan akuuu …, pernah lihat penjual jasa layanan main catur ini di Jakarta 😁.
Keberadaannya mudah diketemukan di trotoar sekitar Pasar Baru, sekitaran gedung Kesenian Jakarta, juga di daerah Glodog.
Tapi karena aku ngga mahir main catur …, yq saat itu cuma lihat mereka sekilas dan kadang juga ikut nonton sebentar kalau ada pemain caturnya beraksi 😊
Ah iya, sekitaran halte GKJ itu juga ya. Sempat marak di Jakarta selama sekitar lima tahunan memang. Sepertinya, trotoar mana pun yang banyak orang kerja lewat (entah itu di daerah preman seperti Senen atau elit seperti Sudirman), di situ ada Mas-mas problem duduk tenang menghadap papan catur. 🙂
Sempat kepingin bikin komposisi problem sendiri dulu (lalu dikirim ke majalah luar atau gimana gitu). Tapi setelah coba.. Wuih! Ternyata ngarang bangunan problem yang bermutu itu sulitnya seampun-ampun! Haha
Ya ampyuun, dahulu tuh ada bisnis kekgini juga tooh…
Betul sekali, dan penggemarnya juga ada, contohnya ya yang nulis ini.. Hehe
mbak, permisi. numpang tanya. kenapa dalam pertandingan catur pemainnya bisa berpikir beberapa langkah ke depan hingga jauh? padahal langkah musuh di depan saja kan belum tentu tahu dan pas kan? bagaimana mereka merencanakannya?
Dexstring benar, kita tidak bisa baca pikiran orang lain seperti baca koran. Tetapi mengenali hal-hal yang prinsip (seperti papan/lapangan, sifat bangunan, taktik, kerjasama antar-buah, filosofi dll) bisa membantu orang membuat perkiraan logis situasinya nanti kira-kira bakal jadi bagaimana.
Contoh konkritnya ini.
Kalau buta teori, boleh jadi [sebagai Putih] kita akan cuma mutar-muter tak karuan lalu pusing sendiri (alias remis). Tapi kalau sudah belajar ending (permainan akhir), begitu lihat papan (diagram) kita akan langsung (seketika) tahu bahwa:
● mat hanya bisa terjadi di a1 atau h8 (sudut sesuai warna petak Gajah)
● dari posisi diagram, butuh sekitar 30 langkah untuk memaksakan mat
Selain dua hal pokok tsb, kita juga bisa perkirakan skenario kasarnya:
● Hitam akan coba bertahan di tengah papan, tapi kita akan paksa ia ke tepi
● dari tepi, kita akan desak Hitam ke pojok/sudut
● Hitam akan lari ke sudut aman (yang beda warna dengan petak Gajah)
● dari sudut aman, kita akan bawa Beliau ke sudut maut
Semua itu akan refleks terbayang bahkan sebelum kita berpikir soal langkah. 🙂
Beberapa kali belajar catur dan hasilnya tetap sama. Gak pernah paham, hehehehe.
Jangan-jangan cocoknya sama scrabble? Itu di sidebar ada versi gratisnya hehe..
Very interesting. Thank
You’re welcome Raul. Long time no see, eh? 🙂
Interesting ✨
Thanks
Kunci jawaban nya bang
Di halaman 2 Boss! 🙂