( 6☀️blog #1/3 )
Juli, enam ratus bulan yang lalu (1969), untuk kali pertama orang bikin tapak sepatu di Bulan. Ikut merasa asyik dengan pencapaian itu, tulisan [tiga bagian] ini mulai dari si ‘benda langit‘.
Sekadar catatan senang-senang. Di ulang tahun keenam...
*****
The one and only
Sebagai kosakata Indonesia, Bulan adalah satu-satunya benda langit yang dijadikan istilah satuan waktu. Suatu ‘kebermanfaatan’ yang tidak kita temukan pada diri Bumi atau Matahari.
Soal nama juga unik, di mana satelit alami Bumi ini [lagi-lagi] ialah satu-satunya benda langit yang ‘jenis benda’ dan ‘nama diri’-nya identik—yaitu, sebuah bulan yang diberi nama ‘Bulan’. Secara onomastika ini jelas nyentrik sebab seperti sebuah planet yang bernama ‘Planet’, atau seorang manusia dengan nama ‘Manusia’ (bukan ‘Bambang’ atau ‘Yayuk’, misalnya).
Biang romantis
Sebagaimana [orbit] Bumi yang punya perihelion-aphelion terhadap Matahari (→‘tahun baru’), [orbit] Bulan juga punya perige-apoge sebagai titik terdekat/titik terjauhnya terhadap Bumi.
Posisi yang dinamis ini berefek aneka fenomena yang membangkitkan romantisme tersendiri di hati manusia. Sejak dulu hingga kini—dari ungkapan cinta, simbol resmi di bendera negara sampai werewolf, Bulan yang wajah aslinya ‘monoton dan mbosenin’ (Bumi jauh lebih cantik) ini tak henti jadi sumber asosiasi dan inspirasi akan sesuatu yang indah, agung atau mistis.
Dan entah termasuk romantis atau tidak, rasanya menarik dicatat bahwa di tata surya kita ini Bulan (bersama Bumi, pastinya) ialah satu-satunya ‘dua-sejoli‘—planet lain antara tak punya bulan sama sekali (Merkurius/Venus) atau punya bulan lebih dari satu (Mars-2, Yupiter-79 dst).
Jaraknya lucu
Di Tata Surya nan luas (delapan planet, ratusan bulan dll), Bumi-Bulan cuma jarak liliput. Jadi soal jauh atau dekat itu relatif. Agar objektif, kita perlu angka. Ambil data dari situs NASA1) :
Perige = 357 ribu km
Apoge = 407 ribu km
Alias jika ‘digambar rebah’ (biar panjangnya terasa), Bumi–perige–apoge itu kira-kira begini:
🌏 ● ●
Lalu, apa serunya ‘ruang kosong’ (yang 400 ribuan km) ini? Comot data dari NASA2) lagi:
Planet | Diameter |
Merkurius | 4.879 km |
Venus | 12.104 km |
Mars | 6.792 km |
Yupiter | 142.984 km |
Saturnus | 120.536 km |
Uranus | 51.118 km |
Neptunus | 49.528 km |
TOTAL (tanpa Bumi) | 387.941 km |
Tidak sampai 390 ribu km. Artinya jika sang Rembulan sedang berada di sekitar apoge-nya, SEMUA planet lain di Tata Surya ini bisa kita jejalkan di antara Bumi–Bulan. Tanpa nyenggol!

PAS BGT – antara Bumi dan Bulan, muat menampung tujuh planet (selama +/- seminggu)
Ngayal, sih. Tetapi paling tidak pendekatannya objektif. 🙂
*****
“Tak ada yang abadi”, kata orang. Sebagai ‘benda fana’, Bulan pun tak lepas dari ‘aturan main’ yang satu ini—cuma soal waktu, hubungannya dengan Bumi juga pasti akan berakhir. (Ihik!)
Meski belum bisa memastikan ujung riwayat Bulan (bagaimana/kapan), telah sejak lama orang mampu mendeteksi jika setiap tahun ‘orbit Bulan kian tinggi’—atau dalam bahasa sehari-hari:
Bulan menjauh
Tidak banyak, memang—cuma sekitaran 3,8 centi per tahun (tidak sampai sebatang korek api, atau kurang dari separo panjang rata-rata rokok kretek). Betapapun, jaraknya melebar. Terus.
Mungkin Bulan sengaja kasih manusia waktu...
untuk coba berbuat sesuatu.
———————————
CATATAN
‘Fenomena’ di sini maksudnya ialah hal/kejadian yang merupakan efek dari cahaya Matahari terhadap Bulan (di sepanjang orbitnya) jika dilihat dari Bumi. Misalnya, supermoon sejatinya adalah purnama yang terjadi ketika Bulan sedang berada di sekitar perige-nya.
Ilustrasi ‘lengang’-nya Tata Surya (saking besarnya, meski dihuni banyak benda langit) pernah dimuat di sini → “4 jam Valentino Rossi vs 4 jam cahaya” (klik yang gambar ‘4 jam cahaya’)
Dibuat dengan ‘tangan kosong’ (cuma emoji/teks yang diberi latar gelap), ‘gambar rebah’-nya maksa. Tetapi karena skalanya relatif taat dimensi (baik untuk diameter maupun jarak), kita bisa bilang bahwa meski tidak presisi benar gambarnya juga tidak ngasal-ngasal amat.
REFERENSI
● Ask an Astronomer (tentang orbit Bulan yang menjauh dan rotasi Bumi yang melambat)
● NASA (klik masing-masing tautan di atas untuk menuju ke halaman ybs)
● Wiki (“Moon”)
SUMBER GAMBAR
● Meta History (orbit Bulan-perige-apoge)
● Reddit (planet ‘kongkow’ – gambar diedit/modifikasi karena angka acuannya berbeda)
Terima kasih kepada PerplexingPotato untuk gambar planetnya.
—KK—
‘Bulan yang wajah aslinya ‘monoton dan mbosenin’ ‘
Pernah baca juga disebuah situs kalau dataran permukaan bulan ternyata terlihat banyak berlubang dan bolong-bolong karena di sana banyak kawah dan bekas cekungan jatuhnya meteor :”) kalau dari jauh padahal kelihatannya indah keperakan :’)
Benar Staphelton. Karena atmosfer yang luar biasa tipis, bisa dibilang setiap saat terjadi ‘hujan kosmik’ di sana—terutama di ‘sisi luar’-nya (‘sisi jauh’ yang tak kelihatan dari Bumi, yang sering disebut “the dark side of the Moon”). Sejak eksis, entah sudah berapa ‘timpukan batu’ (yang harusnya ke Bumi) yang mendarat di wajah Bulan. (Eh yang gini ni masuk ‘romantis’ gak ya?) 🙂
Tapi ya gitu, karena efek lighting, muka yang adanya ‘bekas luka’ melulu (tanpa biru laut, hijau tanaman dll) ini selalu jadi sajian indah buat kita di Bumi. Matahari memang jagonya fotografi. 🍸
[satu-satunya benda langit yang ‘jenis benda’ dan ‘nama diri’-nya identik—yaitu, sebuah bulan yang diberi nama ‘Bulan’.]
Saya rasa Matahari juga sama uniknya dalam hal ini, iya tidak ya? Dan jangan lupa juga, bulan satu-satunya anggota non-planet yang menjadi bagian dari ksatria sailor hehe
Salut dengan emojinya. Sederhana, cute dan memberikan konteks dekatnya perioge sejatinya tetap jauuh.
Saya masukkan keywords ‘ksatria sailor’, yang keluar serial ‘Sailor Moon’. Benar inikah? (Nama-namanya cocok soalnya) Mungkin nama ‘Moon’ dipilih karena ‘Earth’ dianggap/terdengar/terasa terlalu toku gitu kali ya? Hehe..
Sebuah bulan yang diberi nama ‘Bulan’
Sebuah bintang yang diberi nama ‘Matahari’
Jadi secara linguistik ‘keunikan onomastika’ ala Bulan tidak terjadi untuk kasus Matahari—meski pada prakteknya orang/kita sering menyamakan bintang dengan matahari. Ini misalnya bisa kita lihat pada komik Trigan di mana disebutkan bahwa planet Elekton punya ‘matahari kembar’ (bukan ‘bintang kembar’) dan kaum pemuja suryanya disebut sebagai para ‘pemuja matahari’ (bukan ‘pemuja bintang’). Tetapi ini jelas lebih bersifat asosiatif (bukan definitif)—di mana yang dimaksudkan di sini ialah SPESIFIK [kedua] bintangnya planet Elekton (bukan asal/sembarang bintang di langit), yang artinya mengasosiasikan bintang kembarnya planet Elekton dengan bintang tunggalnya planet Bumi.
(Note: saya baca Trigan 1-SMP, mudah-mudahan memori tidak error) 🙂
Terima kasih banyak soal emojinya. Cari gampangnya saja hehe.. Oya, kalau-kalau mau lihat wajah aslinya (sebelum dipoles dengan HTML):
🌏⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️⬛️ ● ⬛️⬛️⬛️ ●
How many galaxies are out there? Any clues?
Even an explicably wild guess is still way beyond us now, I think. That being said, somebody has made some really good—and quite fun, video of how big this Universe is. And in fact, I’ve made a link to it here on this blog.
[Assuming you read this blog with Google Translate set to English] Please click the phrase “4 hours Valentino Rossi vs. 4 hours of light” on the footnote above. Then give the [7-minute] video on the very bottom a try. And the music fits, I promise you. 🙂
PS: Sorry for the roundabout route (instead of just giving you the link here), for I believe a recurring outside link (if showing up again and again) could harm ‘the health’ of a blog. Cheers!
Very interesting.
Have a fabulous day and thanks for visiting and commenting at Comedy Plus. ♥
Thanks, and you too Sandee.
I didn’t now this about the sum of planetary diameters intersecting with the distance between Earth and the Moon. Another strange coincidence?
A little moon-viewing perk… you can actually see slivers of the far side at apogee and perigee, since the moon’s rotational velocity slightly leads its radial velocity at apogee, and likewise lags its radial velocity at perigee. Look up, “lunar libration”. Time-laps videos reveal a surprising amount of wobble.
earthsky(DOT)org/astronomy-essentials/how-much-of-the-moon-can-we-see-from-earth-lunar-libration
Apologies for commenting in English. My Indonesian is merely of the Google Translate variety.
Librasi Bulan (sumber: EarthSky/Tomruen)
Thank you for the link. Come to think of it, perhaps it would be more fun if I add this ‘visual perspective’ as well:
Sabit-perige vs purnama-apoge (sumber: EarthSky/Peter Lowenstein)
Thanks again! 🍸
(☉‿☉)ノ
I see the moon when you do.. thinking of you next time
Not being sure whom that one goes to (me or Lightness Traveling), I follow suit either way—to the both of you. 🍸
PS: Hey, look! We’ve just got ourselves two LT’s here (Lightness Traveling & Lara/Trace). Now this sure is cosmic! 🙂
nice share…
Thanks!
Yup, I am a two-name cosmic wonder – tee hee
And that deserves some celebration: 🥁 💫 🎷
PS: Strange, there’s always no notification [in my WP-admin dashboard] every time you make a comment. Never happened before. Seriously Trace, you are indeed special in more ways than one. 🙂
You might like this: https://vimeo.com/284193410
Got a ‘player error’ (for the “But Something is There” TV pilot)
PS: Sorry for the pending because of the active link.
Baru sadar kalo bulan itu punya banyak hal menarik dan unik, bahkan namanya pun memiliki keunikan.
Setelah Matahari (sebagai sumber energi), bisa dibilang Bulan adalah benda langit yang paling banyak jasa langsungnya terhadap [penduduk] Bumi. Misalnya, konon (menurut simulasi komputer dll), sebelum Bulan lahir, sehari di Bumi (1x rotasi) tak sampai 10 jam. Artinya kalau dalam sehari kita butuh waktu untuk tidur–makan–mandi (termasuk ‘meditasi wajib di pagi hari’)–sekolah–kerja dll, lha trus nonton film dan main internetnya kapan? Haha
Indonesia is a beautiful country. One day I will go, that’s for sure.
Thank you Cecile. I do hope you make it someday. 🍸
Bulan pernah dituduh jadi biang keladi penyebab orang jadi gila atau lunatik. 😀
Postingannya seru! Saya mau baca yang bagian 2 dan 3-nya. Dan, selamat ultah blog–meskipun kayaknya sudah basi, madingnya keburu terbit. 😀
Benar sekali—pernah dituduh, dan tuduhannya diabadikan. ‘Kebulanan’ diidentikkan sebagai kegilaan (lunacy), dan orang yang ‘kebulan-bulanan’ sebagai orang gila (lunatic). 🙂
Terima kasih untuk minat 1-2-3-nya. Soal ultah, sepertinya agak kacau ini. Ceritanya, karena tidak yakin di ultah berikutnya blog ini masih update, selama Juli–Agustus saya pingin ‘tiup lilin’ yang rada spesial—bikin tulisan sampai tiga seri (biasanya max cuma dua). Tapi laaah, ini kan sudah ‘tahun depan’, dan malah hampir ultah lagi pulak.. Hahaha!
complimenti
Grazie.