( senam literasi, sisipan #1/2 )
Dari anak buah, Pembaca (Boss) dapat layout (tata letak) berikut untuk dinilai plus-minusnya..
Pagi itu ketika membuka pintu depan, Ayah mendapati di keset teras ada seekor anak anjing hitam dengan kepala mirip pakai topi paus/haji seperti karena semacam penyakit kulit. Iba, Ayah melemparkan selembar roti tawar. Sejak saat itu, keluarga kami punya warga baru.
Besoknya baru kami tahu, ternyata si betina anakan datang lewat sungai (entah dari mana). Timbul-tenggelam nyaris ajal di arus yang lumayan deras, ia diselamatkan oleh tukang warung dekat rumah yang kebetulan melihat dan lalu sigap mengangkatnya ke tepi. Sambil menggigil serta tak henti merintih (mungkin sebab lapar, kedinginan, bingung, takut, lelah,
terluka——atau gabungan dari semua itu), makhluk mungil itu seperti memaksa diri terhuyung berjalan, menjauhi suara air. Rumah pertama dilewatinya, juga rumah kedua, terus.. hingga di depan rumah kami, saat entah kenapa ia memutuskan untuk belok.
Itu dulu. Sekarang ia primadona di lingkungan kami. Anak kecil, para embak pengasuh mereka.. semua suka mencandainya, menanyakannya. Dan meski gundul anehnya sudah tak lagi berbekas (‘topi putih’ itu kini sudah ditumbuhi bulu hitam berkilau, kuobati dengan minyak tawon), kami, yang telanjur sayang dengan namanya, tetap memanggilnya Ibot——item botak.