( senam literasi, sisipan #1/2 )
Dari anak buah, Pembaca (Boss) dapat layout (tata letak) berikut untuk dinilai plus-minusnya..
Pagi itu ketika membuka pintu depan, Ayah mendapati di keset teras ada seekor anak anjing hitam dengan kepala mirip pakai topi paus/haji seperti karena semacam penyakit kulit. Iba, Ayah melemparkan selembar roti tawar. Sejak saat itu, keluarga kami punya warga baru.
Besoknya baru kami tahu, ternyata si betina anakan datang lewat sungai (entah dari mana). Timbul-tenggelam nyaris ajal di arus yang lumayan deras, ia diselamatkan oleh tukang warung dekat rumah yang kebetulan melihat dan lalu sigap mengangkatnya ke tepi. Sambil menggigil serta tak henti merintih (mungkin sebab lapar, kedinginan, bingung, takut, lelah,
terluka——atau gabungan dari semua itu), makhluk mungil itu seperti memaksa diri terhuyung berjalan, menjauhi suara air. Rumah pertama dilewatinya, juga rumah kedua, terus.. hingga di depan rumah kami, saat entah kenapa ia memutuskan untuk belok.
Itu dulu. Sekarang ia primadona di lingkungan kami. Anak kecil, para embak pengasuh mereka.. semua suka mencandainya, menanyakannya. Dan meski gundul anehnya sudah tak lagi berbekas (‘topi putih’ itu kini sudah ditumbuhi bulu hitam berkilau, kuobati dengan minyak tawon), kami, yang telanjur sayang dengan namanya, tetap memanggilnya Ibot——item botak.
Maaf, alih-alih fokus ke layout, Pembaca malah lebih sibuk dengan ceritanyakah? Sudah naluri:
Jika paham bahasanya, orang cenderung membaca teksnya
Suatu refleks yang dalam kasus seperti ini justru merugikan (Sekali lagi maap hehe..) Mungkin tak begitu merepotkan jika cuma sekali-sekali/satu artikel. Jika sering/banyak artikel? Artinya..
Perlu ada cara, agar perhatian tidak teralihkan oleh tulisan.
*****
Tampang angker bikin keder
Saat awal ngeblog dulu, jika sedang menaksir berbagai theme gratisan yang ada di WordPress, sempat beberapa kali dibuat takjub oleh demo page yang bunyi/tampilan teks-nya seperti ini:
L orem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
“Wow, sekadar untuk contoh/model layout saja artikelnya pakai bahasa Latin! Keren sekali!!” Namun setelah “Kok kayaknya lu lagi, lu lagi?!”, lama-lama curiga juga. Dan usut punya usut..
Ternyata semuanya itu cuma bodong.
Biar nggak salah fokus
Lorem ipsum...
(dst) tsb sejatinya cuma dummy text (teks peraga) atau filler (pengisi ruang) untuk contoh tampilan/menuh-menuhin tempat doang (tidak untuk diartikan secara linguistik). Pun, Latinnya cuma ‘Latin-latinan’—Latin bo’ong-bo’ongan (bukan Latin yang baik dan benar).
Lorem ipsum dipakai agar orang fokus
terhadap ‘aspek visual’ dari suatu layout
Bagi user (yang rentan tersihir oleh ‘narasi’) maupun designer (yang mesti repot bikin ‘narasi’), ini jelas menolong. Dengan dummy text, keduanya terhindarkan dari aktivitas yang tidak perlu (sebab adalah tidak logis menyibukkan diri dengan konten jika urusannya adalah soal desain).
Dengan Lorem ipsum, pengguna dan pembuat layout sama-sama untung
Sebuah tulisan ‘kopong tanpa isi’ tentu dapat dalam bahasa apa saja. “Trus, kenapa Latin ya?” Kalau boleh berspekulasi, selain karena de facto aksara Latin paling banyak digunakan orang,
Bahasa Latin—mudah dikenali, jarang yang ngerti
Dan itu rasanya ideal untuk teks yang alasan keberadaannya adalah untuk diabaikan.
Kalau mau bisa dimodif
Yang di atas itu adalah bentuk Lorem ipsum yang paling umum. Bisa diulang-ulang jika perlu (misalnya menjadi sebuah paparan panjang sekian paragraf, padahal tulisannya itu-itu juga).
Suka yang variatif? Ada banyak situs yang menyediakan Lorem ipsum generator secara gratis (bahkan ada yang dengan sekali klik langsung kasih lima paragraf ‘Latin jadi-jadian’ sekaligus).
Atau kalau mau sedikit kreatif, iseng saja bikin ‘Loremipsum-loremipsuman’ versi kita sendiri. Misal seperti yang di artikel awal-Desember-2018 lalu ini (ganti ‘Lorem ipsum dolor’-nya saja):
Merem belum molor sit amet, consectetur adipiscing elit..
“Merem juga belum, udah molor luh!” Suatu gurau terselubung untuk mengolok-olok sekaligus menyemangati diri sendiri—agar tidak keburu pingin molor (tidur) sebelum tulisannya selesai.
Apapun, soal dummy ini baiknya dibawa rileks dan fun saja. Jangan malah pusing sendiri.
*****
Bisa baca-tulis ialah suatu ‘kebermanfaatan’. Sebuah berkah. Betapapun, semua ada waktunya. Dieksekusi di saat yang salah, sesuatu yang pada dasarnya baik bisa saja cuma jadi sia-sia atau justru merugikan. Lorem ipsum diciptakan dengan motif [untuk menghindari yang] seperti ini.
Lorem ipsum—trik konsentrasi, dengan ‘membutahurufkan diri’
Dan untuk ‘poin itu’ rasanya kita sudah sama-sama dengar tadi, Si Ibot kencang mengamini.
*****
————————————
(Tentang insting membaca, lihat juga kasus ‘gudeg merak mati negeri Eyang Mozart’ di sini)
CATATAN
Dalam dunia periklanan/penerbitan, pengertian ‘tata letak’ (layout) mencangkum segala unsur grafika dari sebuah ‘halaman grafis’ (jenis/ukuran fon, jarak antar-bagian, paduan warna dlsb). Misalnya tata letak yang ada contoh gambar penjaranya (dengan Bruce Willis lagi rebahan) itu mungkin bakal cocok untuk blog psikologi atau resensi film, tetapi jelas kurang pas untuk blog lansia (font standarnya terlalu kecil) atau apalagi blog anak/parenting (feel-nya terlalu ‘seram’).
M asih soal ‘layout serem’ yang di atas. Huruf ‘L’ nan gede dan ambles di awal paragraf tsb dikenal dengan istilah drop cap (setali tiga uang sama huruf ‘M’ yang di awal alinea ini). Bikinnya gampang sekali dan cuma butuh waktu sekejap—pasti jadi(!) Jika tertarik, cek di sini. Oya, jika sudah di sana dan butuh copas kodenya, bisa klik 3x untuk select. (#iklan selesai)
Karena panjang kata yang amat bervariasi (misal antara ‘sit amet’ dan ‘consectetur adipiscing’), Lorem ipsum cenderung tidak praktis dipakai untuk area sempit atau yang data riilnya spesifik seperti kop surat atau halaman registrasi (kompatibilitas fon-ruangnya rawan bermasalah).
Untuk hiburan, orang kadang isikan humor di Lorem ipsum (ala Merem belum yang notabene ditujukan bagi diri sendiri itu). Toh, kalau memang itu yang dimau (dan ditujukan bagi ‘klien’), baiknya yang simpel dan sedikit saja (hakikat dummy untuk diabaikan, bukan cari perhatian).
Sebagai suatu bentuk greeking, Lorem ipsum bukan satu-satunya cara untuk memaksa orang mengabaikan ‘detail’ dan fokus kepada ‘tatanan’. (Cara lain mis: blurring serta substitusi garis)
REFERENSI/SARAN BACAAN
● Lipsum (Lorem ipsum generator)
● Wiki (termasuk contoh Lorem ipsum sebagai placeholder di ‘bilah sisi’ atau sidebar)
SUMBER GAMBAR
● “Sin City” (Frank Miller & Robert Rodriguez, 2005)
● N/A (yang foto The Straits Times itu, diunduh sekian tahun yang lalu)
TRIVIA
Jika Lorem ipsum dipakai untuk ‘layout koran’, wajar. Tetapi jika cuma untuk ‘nggambar koran’? Sebuah episode dari “Les Aventures de Tintin”—serial animasi Prancis-Kanada, 1991-1992: 😀

Petualangan Tintin – “Pulau Hitam” (Sebagian scene film dari satu frame di halaman-2 komik)
OK, yang ini tentang koran betulan. Seratus sekian tahun lebih tua daripada negaranya sendiri, punya versi khusus untuk ‘dikdasmen’ serta ada ‘edisi asing’-nya (Brunei dan Myanmar) segala, The Straits Times (Singapura) jelas bukan surat kabar kacangan. Eh, lha kok saat meliput sosok lokal yang dihormati, media berwibawa ini lupa soal paragraf ‘Latin abal-abal’ (batas magenta):
Entah ada hubungannya atau tidak, satu setengah tahunan setelah insiden ‘wagu bin monyos’ The Straits Times itu di Negeri Singa berdiri satu butik yang bernama The Lorem Ipsum Store.
NYAMBUNG GAK NYAMBUNG
“Cogito, ergo sum”, kata Eyang René. Kalau dipikir-pikir, kita ni kok ya mirip Lorem ipsum. Awal dulu cuma dummy “Oek-oek!” (tak jelas arti) buat lucu-lucuan keluarga saja (dan jadi pengingat bagi ortu jika mereka Dipercaya, alias punya PR). Lalu kian lama kian banyak menuliskan kisah kita sendiri. Jadi mungkin asyik juga kalau di Indonesia ada PAUD yang bernama Lorem Ipsum gitu kali ya? “Aku ada, [maka] aku punya cerita”, kata Si Ibot—yang buta huruf itu. “Guk..guk!!”
Terima kasih kepada kiyanti2008 atas ‘pengingat Ibot’-nya.
—KK—
Jadi ingat kasus salah satu koran besar beberapa waktu lalu yang sepertinya lupa ngedit Lorem Ipsumnya hehe..
Kompas (10 Juli 2019) – error atau marketing? (Sumber gambar: coconuts)
Belum pernah nemuin Lorem Ipsum si dummy filler text. Tak ada hubungannya, tapi aneh jadi ingat dulu dengan kakak bicara dgn cara ini spy orang tidak mengerti: Pafagifi ifitufu kefetifikafa memfembufukafa pinfintufu defepanfan, Afayahfah menfendafapatfatifi difi kefesetfet teferasfas afedafa sefeefekorfor afanakfak anfanjingfing hifitamfam……
Huahaha..!! Waktu di Jawa Tengah dulu, Kakak (remaja) juga suka pakai bahasa ini kalau tidak ingin saya (anak kecil) paham apa yang mereka omongin. Tadinya saya pikir ini iseng ala Jateng saja. Eh, waktu SMA di Jakarta, ternyata teman kelas yang Betawi ngoyot dan asal Ambon/Padang juga pakai. Saya jadi penasaran, siapa (atau setidak-tidaknya dari generasi tahun berapa) pencipta ‘bahasa-ef’ yang digemari remaja putri tempo dulu ini.
Selain di [theme] demo page, Lipsum juga suka dipakai WP di help/support page. Mungkin sekarang penggunaannya dikurangi. Waktu komen di blog Bu Lois dulu, sebenarnya saya sudah ingin bikin artikel Lipsum ini (dengan Ibot sebagai salah satu dari ‘tiga jebakan!’ untuk mbecandain Pembaca). Tapi karena godaan ‘tarsok’ (entar-besok) tahu-tahu sudah keduluan Kompas (dan itu pun saya juga nggak ngeh kalau komenter pertama di atas nggak kasih tahu Haha) Sekali lagi terima kasih sudah nanya soal ‘Ibotkeli’.
PS: Kalau ada waktu mungkin Bu Lois bisa cek artikel terakhir Ikhwan (komenter #1 itu) yang di Kroasia. Kok ndilalah ‘rada-rada Ibot’ juga. 🙂
Wah, jadi demikian. 😀 Pertama kali lihat lorem ipsum ini waktu bikin blog WP, KK. (Blogger kayaknya nggak ada lorem ipsum-nya, deh, dulu. Kosong, ya, kosong saja. Entahlah kalau sekarang.) Ajaibnya, baru sedikit paham tujuannya sekarang setelah baca postingan KK yang ini, selang…. lumayan juga. 😀
(#salaman dulu) Sama-sama ‘dikerjai’ WP pakai Lipsum berarti kita Haha! Aneh tapi nyata, meski hampir selalu 5-10 kata dalam paragrafnya saya baca (Latin adalah salah satu andalan saya kalau main scrabble lawan bule, jadi ni ceritanya sambil cari-cari siapa tahu dapat tambahn amunisi baru gitu), judulnya yang ditulis gede itu justru tidak pernah nempel di kepala. Jadi adanya ya kagum melulu. Malah sempat bertanya-tanya (ingin tahu) siapa orangnya di WP yang bisa Latin (relatif ada lumayan banyak orang yang tahu pernak-pernik bahasa Latin seperti grammar, singular/plural dll, tetapi yang BISA bahasa Latin cuma segelintir orang—termasuk di Vatikan sendiri).
Lalu waktu di sebuah situs (lupa) ketemu si Lipsum lagi baru mulai ngeh “Lhah, ini kan yang di WP itu..??” %$#@!*&%&!! (misuh semisuh-misuhnya, sambil dalam hati ngakak) Wah wajib diabadikan di blog nih, gitu mikirnya. Lalu waktu 2015 ngomen di blog kiyanti saya tahu, ini sekali tepuk dapat dua perkara—sekalian mengabadikan si Ibot. Ternyata baru lima tahun lagi.. 🙂
Reply Morishige soal ‘si John yang itu’ kemarin sudah saya balas, tapi tiga kali komen ngilang. Barusan nonton, terima kasih banyak. Bagus sekali! ⭐️⭐️⭐️⭐️
Entah kenapa ditangkis sama Akismet, KK. 😀 Ini sudah di-approve semua. 😀
Meski jarang, sesekali Akismet mabok juga—yang spam dilolosin, yang komen ditangkep. Pernah kejadian juga di sini. 🙂 Dan kalo setelah ‘ditangkep’ yang pertama kali si komenter cuek aja (jangan langsung komen lagi), biasanya satu-tiga hari lagi sudah normal (karena lupa, saya malah sampai ngomen 3x kemarin)
Oya, NBS (nonton biar sehat) = KK (kutukamus)
Gimana menurut KK film the Man from Earth? 😀
Meski mepet (dekat perbatasan), saya kasih bintang empat. Karena sifat topiknya, saya nggak bisa bahas detail ‘ala publik’ di blog ini. Cuma bisa bahas beberapa keypoints saja. Tapi kalau Morishige tertarik, saya harus tanya dulu: sudah nonton “Dogma” (1999 Kevin Smith) dan “Cashback” (2004 Sean Ellis) kah? Akan mempengaruhi uraian saya soalnya. 🙂
PS: Kalau belum lihat “Cashback”, sangat saya sarankan yang versi ori film pendek th 2004 ⭐️⭐️⭐️ (kurang lebih sama durasi dengan “L’homme Sans Tête”), jangan yang versi panjang th 2006 (setelah itu terserah, mau yang versi 2006 juga/tidak).
Hihihi, ini pas aku baru bikin blog yg skr.. itukan bawaannya juga WP. Sbnrnya blogku dibikinin Ama temen. Nah pas mau bikin design dll nya, dia tany dulu apa tampilannya aku udah suka ato blm. Di situ aku baru liat Loren ipsum di mana2. Di bagian artikel yg blm ditulis.. :D.
Sempet bingung, tapi temenku yg jelasin, itu hanya dummy, akan berubah kalo aku udh mulai menulis blognya hahahahha.
Maklum ga ngerti dulu :D. Eh tapi aku pikir itu latin beneran loh mas :D. Ternyata latin boongan juga yaaa
Iya dummy satu ini penampilannya memang bikin keder soalnya karena pakai Latin kesannya tulisannya jadi serius banget gitu, nggak tahunya cuma tampangnya doang yang sangar tapi isinya ngaco hehehe (#toss)
Sekarang jadi kepikiran, kalo ada lorem ipsum ala Nusantara (teks ngaco isinya gado-gado bahasa Dayak-Bali-Ambon-Jawa dll) mungkin seru juga kali ya 🙂
selalu bingung sama artinya, abis baca post ini jadi tercerahkan. kirain kaya mantra mantra gitu artinya 😭
Sungguh, setelah baca komen ini, yang kebayang di kepala saya adalah komik Eropa abad pertengahan, ada orang pinter sedang mendeteksi arwah, dan teks yang terlihat di callout (gelembung ucapan) adalah “Lorem ipsum dolor sit amet..” Haha
Halo Catherine. Terima kasih sudah mampir 🍸
Baru baca dan ketawa terus sepanjang baca ini XD Dari dulu juga kupikir lorem ipsum itu sebuah kalimat yang mengandung filosofi khusu, tapi ternyata emang cuma dummy text XD
Konon aslinya kata-kata ini adalah tentang pain. Jadi ya lumayan ‘dalem’ sih kayaknya. Tapi lalu sengaja dikaco-kacoin karena cuma dummy. Mungkin filosofinya adalah ‘kadang cuek itu juga perlu’ Hehe
Terima kasih banyak untuk ketawa-ketiwinya. 🙂