three dog night

( + refleksi )

Three itu tiga, dog anjing, dan night malam. Jadi three dog night itu pasti “tiga anjing malam”. Kurang lebih, seperti itulah yang terpikir dulu ketika untuk pertama kalinya membaca nama grup cadas Irlandia-Amerika yang dimotori oleh tiga vokalis sekaligus tsb di sebuah kaset.

Tetapi menalar bahasa asing dengan logika bahasa Indonesia terang besar resiko salahnya..

Dan memang, alih-alih bicara soal satwa (anjing malam yang jumlahnya tiga), three dog night bicara tentang kala atau momen—yaitu malam hari. Persisnya, malam yang saking dinginnya untuk tidur orang sampai butuh kelonan dengan tiga guk-guk—jadilah, “malam tiga anjing”.

Kok, sampai tiga?

Yah mungkin satu di kiri, satu di kanan, dan satu lagi di atas menindih tuannya—anget pol! (Namanya juga istilah, tak harus diartikan secara harfiah/ditelan bulat-bulat secara tekstual).

Apapun, pengalaman ‘ngawur memaknai’ tsb membuktikan satu hal,

Tahu arti kata TIDAK otomatis membuat orang jadi paham maksudnya

Macam anak SD yang [karena masih ‘culun memaknai’] akan bingung kalau disuruh membaca textbook kuliah atau ulasan/artikel politik—meski tahu bahasanya, meski bisa baca-tulisnya.

Dan di era akses-digital dewasa ini, sepertinya ya itulah ‘tantangan literasi‘-nya,

Kemampuan untuk MEMAKNAI peristiwa atau informasi

Sekadar ‘tidak buta huruf’ jelas tidak memadai—karena tidak ada yang lebih mudah dibodohi daripada orang terdidik (alias bisa baca-tulis) yang lemah memaknai (cukup cekoki dengan bacaan/kata-kata yang delusif maka orang akan fanatik terhadap gagasan-gagasan kelirunya).

Ngomong-ngomong, umur tahun 2021 ternyata tinggal dalam hitungan detik..

Selamat Natal dan Tahun Baru

Oya, waktu kecil dulu si Kutu bisa sampai jingkrak-jingkrak di kasur kalau nyetel ini.. 🙂

Three Dog Night – “Eli’s Coming” (Suitable for Framing, 1969)

Semangat!

——————————

—KK—