ndak lapuk dek hujan

– ungkapan Minang –

Dari peribahasa Melayu, “Tak lapuk dek hujan, tak lekang dek panas”, yang diambil bagian pertamanya saja dengan aksen khas Sumatra Barat (Padang). Kosakata harta karun Nusantara ndak lapuk dek hujan berarti kurang lebih bahwa kita perlu senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai luhur adat (yang telah terbukti berguna dan tahan uji itu—dalam ‘hujan’ atau ‘panas’).

Dalam penggunaan sehari-hari, pengertian kata-kata ini berkembang.

Tak jarang, ungkapan ini mengacu kepada kegigihan atau ‘semangat‘—misalnya bahwa dalam berupaya (usaha, studi dan sebagainya) pantang gampang berputus asa (aral boleh melintang, rintangan boleh menghadang, tetapi semangat harus ‘ndak lapuk dek hujan’).

Selain itu, ungkapan ini juga acap dikaitkan dengan ‘faedah‘. Bahwa sebagai manusia kita mesti pandai mencipta manfaat (bagi sesama), bak pohon kelapa—yang bukan saja dalam berbuah tak kenal musim (hujan atau panas), tetapi bahkan setelah gugur (tumbang) pun siap memberi faedah, dari ujung akar hingga ujung daun (‘ndak lapuk dek hujan’, tak jemu memberi manfaat).

Apapun, kalau sudah untuk Indonesia Raya, mari kita ndak lapuk dek hujan.

*****

—KK—