( + kenangan tembang lawas #1/2 )
Sekejap, cuma satu, tetapi sering membekas. One-hit wonder adalah popularitas mainstream nan sesaat—tak jarang melulu hanya gara-gara sebuah ‘karya’, [terutama] dalam dunia musik.
Misalnya grup band new wave asal Jerman [Barat]—yang di Indonesia waktu itu rekamannya banyak beredar lewat kaset video Betamax bajakan, dengan lagu yang judul aslinya tak alang kepalang panjang (Jerman: “Da da da, ich lieb’ dich nicht du liebst mich nicht aha aha aha”; alias jika Inggris: “Da Da Da I Don’t Love You You Don’t Love Me Aha Aha Aha”) berikut ini:
Meski kadang berkonotasi dengan karir musik yang relatif pendek, one-hit wonder cenderung selalu menyimpan banyak cerita/makna—baik tentang lagunya, artisnya, atau bahkan tentang industri maupun masyarakatnya secara umum (seperti kita-kita yang awam ini, katakanlah).
Contoh lokal dari abad ke-21 ini (yang artinya tidak/belum lawas-lawas amat), siapa lagi kalau bukan the phenomenon sang ‘I love you full’, yang suara parau serta ‘ketawa gagak’-nya yang khas sempat menghentak blantika musik tanah air—menyapa banyak hati, melintas usia.
Yang selain menghibur, rasanya cukup punya arti sebagai bahan refleksi akhir tahun.
Selamat Tahun Baru 2019
🌍 🌏 🌎
—————————
CATATAN
Istilah one-hit wonder kerap berlaku relatif secara geografis (orang/sesuatu yang layak disebut sebagai one-hit wonder di suatu negeri tidak dengan sendirinya one-hit wonder di negeri lain).
One-hit wonder dalam tulisan ini mengambil acuan lokasi di Indonesia, dengan standar yang subjektif—sebatas pengetahuan penulis artikel (yang notabene bukan pengamat musik).
—KK—
Kalau tak punya banyak prestasi setiap tahun, saya bertekad membuat satu landmark dalam hidup sebagai warisan untuk anak cucu.
Selamat tahun baru 2019, kang.
1). Crash Test Dummies – “Mmm Mmm Mmm Mmm” (1993)
(Kalau tak salah dulu RCTI yang paling sering setel klip ini sebagai pengisi waktu)
Thank you so much for visiting my blog and for the likes.
A Very Happy New Year 2018 to you too!
2). Wilson Phillips – “Release Me” (1990)
I wish to you Happy new year!
3). Las Ketchup – “Aserejé” (2002)
4). Mayumi Itsuwa – “Kokoro No Tomo” (1983)
Happy holidays!
5). Carl Douglas – “Kung Fu Fighting” (1974)
Very cool. Thank You. Learn Finnish Humppa:
Learn Humppa steps
Have a good day!
6). Story of the Year – “Until the Day I Die” (2003)
Wahh nice info. Happy new year, happy holiday 😀😀😀
7). 4 Non Blondes – “What’s Up?” (1993)
And a happy new year to you 🙂
8). The Buggles – “Video Killed the Radio Star” (1979)
Best wishes for 2019
9). The Art Company – “Susanna” (1983)
Los hits o número 1 se dan en todos los países, y algunos de ellos se quedan en nada. Sacan un tema que se hace viral y desaparecen del mercado o languidecen…
Feliz 2019
10). Los Del Rio – “Macarena” (1995)
That makes a lot of sense. I don’t generally pay attention to whether or not a song is a one hit wonder – just if I like it or not. You’ve inspired me. I’m going to post a sample of some of what I listen to.
11). Lake – “Celebrate” (1980)
wah jadikepengen muter lagunya mbah surip
hehe
12). MC Miker G & DJ Sven – “Holiday Rap” (1986)
Kalau tak salah, lagu dari duo Belanda itu bisa dianggap sebagai yang mengenalkan ‘musik rap’ kepada khalayak-ramai (the general public) di Indonesia.
How I loved “Da da da”… It was so catchy
13). Norah Jones – “Don’t Know Why” (2002)
Ah! I’d never seen the video for Da da da. What a fun way to start the day! Thank You and Cheers!!! 🙂
14). Mo – “Cheese” (1982)
I like this! Good vibe from Brazil!
15). Bobby McFerrin – “Don’t Worry Be Happy” (1988)
Baca postingan ini jadi inget Caffeine dan Hidupku Kan Damaikan Hatimu. D Saya beli kasetnya dulu. Tapi sehari kemudian saya jual ke temen karena cuma 2 lagu yang menarik di album itu hahaha
16). Kuburan – “Lupa-lupa/tapi Ingat” (2009)
Hahaha… Kayaknya itu kaset yang paling sebentar dijejerin di pojok meja belajar. Wah, Kuburan Band ini legenda banget. Lagunya menghibur sekaligus mengajari publik main gitar. 😀
Tahu “Lupa-lupa/tapi Ingat” dari keponakan (waktu kebetulan satu kendaraan). Eh, yang nyanyi siapa nih? Dijawab: “Kuburan.” Et-dah, ada aja orang milih nama hehe.. Tapi lagunya memang kreatif sih, seperti semacam onomatopoeia grip gitar gitu.
Hentakannya juga pas buat dansa-dansa. 😀
Lucunya, lagu pertama Kuburan yang saya dengar itu “A Letter to Euis,” sebelum Lupa-lupa meledak. Sudah lupa kapan, tapi yang bikin saya penasaran dengerin lagu itu adalah kemiripan judulnya sama lagu the Cure. 😀
Barusan cek si Euis di YT. Meski beda cerita, ada kemiripan tema sih—about letting go (seorang gadis). Tapi soal apakah ini memang semacam tribute [ngebodor] Kuburan untuk lagu [serius] The Cure dengan judul yang mirip itu, saya tidak tahu. 🙂
Kuburan barangkali cuma memarodikan judulnya saja, ya, KK. Beda banget ini soalnya karakter musiknya. Tapi ini menunjukkan kalau Kuburan punya wawasan (dan, karenanya, terhubung juga dengan skena musik dunia).
Memang sulit sih kalau semata-mata cuma melihat dari lirik. Tapi kalau dari lirik PLUS dengan judul yang seperti itu, rasanya ganjil juga (peluangnya terlalu muskil gitu) kalau si Euis belum pernah denger tentang si Elise.
Asyik juga. Yang satu tadinya memuja (Kuburan) dan satu lagi tadinya mbela-mbelain (The Cure), lalu akhirnya keduanya ‘let go’ karena nyadar it won’t work. Dan keduanya sama-sama [konklusif] si gadis nggak bakal paham. Serunya lagi, The Cure cuma samar (if at all) kasih deskripsi Elise, tapi Kuburan eksplisit sebut kondisi Euis.
Artinya kalau benar ini adalah cara si ‘Lupa-lupa/tapi ingat’ menerjemahkan lagu The Cure tsb, mungkin kita bisa bilang bahwa di balik kemasan syair jenaka dan kostum ‘freaky’-nya itu Kuburan sebenarnya adalah kumpulan orang-orang serius. 🙂
Saya jadi penasaran ingin tahu lebih banyak soal musisi-musisi yang menginfluens Kuburan. Tapi, pas tak browsing, belum ketemu tulisan yang membahas soal inspirasi bermusik Kuburan. Di “widget” laman Wikipedia-nya tidak ada, di beberapa wawancara berita yang saya baca, sepertinya para jurnalisnya luput (atau tak tertarik) mendalami soal itu.
Ibarat sajian restoran, si Euis masih perlu banyak permak, sedangkan Lupin (Lupa Ingat) sudah final dan sangat laik jual (perkara orang suka atau tidak sama rasanya itu tentu cerita lain). Kalau si Euis lebih tua daripada Lupin, secara progres berarti Kuburan kebilang positif ekstrim (terutama kalau selisih umur keduanya pendek).
Selebihnya saya nge-blank, karena tahunya ya dua lagu itu tok (yang meski secara lirik sama-sama jenaka, secara [karakter] musik kok rasanya beda ke mana-mana gitu). Selamat menikmati risetnya. 🍸
PS: Saya nggak bisa musik. Cuma penikmat—yang suka ‘waton nyembur’ mengeksploitasi haknya sebagai ‘konsumen adalah raja’, OK? 🙂