one-hit wonder

( + kenangan tembang lawas #1/2 )

Sekejap, cuma satu, tetapi sering membekas. One-hit wonder adalah popularitas mainstream nan sesaat—tak jarang melulu hanya gara-gara sebuah ‘karya’, [terutama] dalam dunia musik.

Misalnya grup band new wave asal Jerman [Barat]—yang di Indonesia waktu itu rekamannya banyak beredar lewat kaset video Betamax bajakan, dengan lagu yang judul aslinya tak alang kepalang panjang (Jerman: “Da da da, ich lieb’ dich nicht du liebst mich nicht aha aha aha”; alias jika Inggris: “Da Da Da I Don’t Love You You Don’t Love Me Aha Aha Aha”) berikut ini:

one-hit wonder-Neue-Deutsche-Welle

Trio – “Da Da Da” (1982)

Meski kadang berkonotasi dengan karir musik yang relatif pendek, one-hit wonder cenderung selalu menyimpan banyak cerita/makna—baik tentang lagunya, artisnya, atau bahkan tentang industri maupun masyarakatnya secara umum (seperti kita-kita yang awam ini, katakanlah).

Contoh lokal dari abad ke-21 ini (yang artinya tidak/belum lawas-lawas amat), siapa lagi kalau bukan the phenomenon sang ‘I love you full’, yang suara parau serta ‘ketawa gagak’-nya yang khas sempat menghentak blantika musik tanah air—menyapa banyak hati, melintas usia.

Indonesia-reggae-star

Mbah Surip – “Tak Gendong” (2003)

Yang selain menghibur, rasanya cukup punya arti sebagai bahan refleksi akhir tahun.

Selamat Tahun Baru 2019

🌍 🌏 🌎

—————————

CATATAN

Istilah one-hit wonder kerap berlaku relatif secara geografis (orang/sesuatu yang layak disebut sebagai one-hit wonder di suatu negeri tidak dengan sendirinya one-hit wonder di negeri lain).

One-hit wonder dalam tulisan ini mengambil acuan lokasi di Indonesia, dengan standar yang subjektif—sebatas pengetahuan penulis artikel (yang notabene bukan pengamat musik).

—KK—

20 thoughts on “one-hit wonder

  1. Kalau tak punya banyak prestasi setiap tahun, saya bertekad membuat satu landmark dalam hidup sebagai warisan untuk anak cucu.

    Selamat tahun baru 2019, kang.

    Amin. Semoga terkabul, Uda Alris. Oya, sekalian buat catatan/album pribadi, sekian komenter pertama akan saya ‘beri bonus’ (atau lebih tepatnya saya tebengi/titipi sih hehe..) one-hit wonder. Jadi ini yang pertama. Yang iramanya woles dulu 🙂

    lagu bergumam

    1). Crash Test Dummies – “Mmm Mmm Mmm Mmm” (1993)

    (Kalau tak salah dulu RCTI yang paling sering setel klip ini sebagai pengisi waktu)

  2. Thank you so much for visiting my blog and for the likes.

    A Very Happy New Year 2018 to you too!

    Anytime, Sheela. Happy temple learning! 🙂 And just like for the first commenter, here’s one-hit wonder for you:

    lagu bergumam

    2). Wilson Phillips – “Release Me” (1990)

  3. Thanks a bunch for the beautiful ‘postcard’, Nasuko 🙂 (Sorry for the pending because of the active link) Now, my turn. While being considerably popular for a number of songs, [for the general public in Indonesia] this Japanese singer is well remembered for this one in particular: 🍸

    lagu jepang tempo doeloe Indonesia

    4). Mayumi Itsuwa – “Kokoro No Tomo” (1983)

  4. Very cool. Thank You. Learn Finnish Humppa:

    Learn Humppa steps

    Have a good day!

    Kiitos, Matti. I know nothing about dancing, but I bet you must be quite a performer. 🙂 Now, here is a one-hit wonder I got from my nephew:

    musik cadas

    6). Story of the Year – “Until the Day I Die” (2003)

  5. Wahh nice info. Happy new year, happy holiday 😀😀😀

    Halo, selamat datang Lillah! 🙂 Ini ada one-hit wonder yang sangat digemari remaja atau young adults tahun 90-an. Semoga lagunya suka:

    tembang lawas musik rock jadul

    7). 4 Non Blondes – “What’s Up?” (1993)

  6. And a happy new year to you 🙂

    Thank you, Draliman. A special one-hit wonder for you here—the first video clip aired on MTV (August, 1981). 🍸

    video klip pertama MTV 1981

    8). The Buggles – “Video Killed the Radio Star” (1979)

  7. Los hits o número 1 se dan en todos los países, y algunos de ellos se quedan en nada. Sacan un tema que se hace viral y desaparecen del mercado o languidecen…
    Feliz 2019

    Quite so, Estrella. And sometimes ‘the wonder’ is so unbelievably worldwide that everybody becomes familiar with it. Like this smash-hit from Spain:

    joged Latin joget

    10). Los Del Rio – “Macarena” (1995)

  8. That makes a lot of sense. I don’t generally pay attention to whether or not a song is a one hit wonder – just if I like it or not. You’ve inspired me. I’m going to post a sample of some of what I listen to.

    Now, really? You’ve made my day, Alice. 🙂 Good luck with the topic. And here’s a [German-British] one-hit wonder (quite popular in Indonesia back then, I believe) for you:

    lagu band jadul jerman inggris

    11). Lake – “Celebrate” (1980)

  9. wah jadikepengen muter lagunya mbah surip
    hehe

    Klipnya kocak abis ya Rezky haha..! Jadi ingat gebrakan si Mbah yang singkat tapi penuh cerita itu.. Maaf kena pending, beda ID soalnya. BTW, one-hit wonder yang berikut ini juga bersejarah..

    rap 80-an dari Madonna

    12). MC Miker G & DJ Sven – “Holiday Rap” (1986)

    Kalau tak salah, lagu dari duo Belanda itu bisa dianggap sebagai yang mengenalkan ‘musik rap’ kepada khalayak-ramai (the general public) di Indonesia.

  10. How I loved “Da da da”… It was so catchy

    Find so much joy in its simplicity, don’t we? 🙂 Another slow-tempo one-hit wonder for you, Luisa. A lady’s voice, this time.

    lagu jadul tembang lawas dont know why

    13). Norah Jones – “Don’t Know Why” (2002)

  11. Ah! I’d never seen the video for Da da da. What a fun way to start the day! Thank You and Cheers!!! 🙂

    You’re very much welcome Katy. Glad you enjoy the fun-to-the-core vid (Was still in high-school when the song made a hit). 🙂 Here’s another one-hit wonder for you, another ‘new wave’, from the same decade (the video cassette era). Cheers!

    lagu jadul new wave belanda

    14). Mo – “Cheese” (1982)

  12. I like this! Good vibe from Brazil!

    Muito obrigado, Mariel. 🙂 A bunch of tunes to remember indeed. And I hope you find this a cappella wonder to your liking as well. Greetings from Indonesia. 🍸

    a cappella akapela

    15). Bobby McFerrin – “Don’t Worry Be Happy” (1988)

  13. Baca postingan ini jadi inget Caffeine dan Hidupku Kan Damaikan Hatimu. D Saya beli kasetnya dulu. Tapi sehari kemudian saya jual ke temen karena cuma 2 lagu yang menarik di album itu hahaha

    Cuma sehari? Waduh, singkat nian masa dinas si kaset hehe.. Barusan saya cek Caffeine di youtube, pernah dengar lagunya, cuma saya tidak tahu itu termasuk one-hit wonder atau tidak. Tapi kalau yang satu ini sih kayaknya iya:

    kuburan one-hit wonder

    16). Kuburan – “Lupa-lupa/tapi Ingat” (2009)

    • Hahaha… Kayaknya itu kaset yang paling sebentar dijejerin di pojok meja belajar. Wah, Kuburan Band ini legenda banget. Lagunya menghibur sekaligus mengajari publik main gitar. 😀

      Tahu “Lupa-lupa/tapi Ingat” dari keponakan (waktu kebetulan satu kendaraan). Eh, yang nyanyi siapa nih? Dijawab: “Kuburan.” Et-dah, ada aja orang milih nama hehe.. Tapi lagunya memang kreatif sih, seperti semacam onomatopoeia grip gitar gitu.

    • Hentakannya juga pas buat dansa-dansa. 😀

      Lucunya, lagu pertama Kuburan yang saya dengar itu “A Letter to Euis,” sebelum Lupa-lupa meledak. Sudah lupa kapan, tapi yang bikin saya penasaran dengerin lagu itu adalah kemiripan judulnya sama lagu the Cure. 😀

      Barusan cek si Euis di YT. Meski beda cerita, ada kemiripan tema sih—about letting go (seorang gadis). Tapi soal apakah ini memang semacam tribute [ngebodor] Kuburan untuk lagu [serius] The Cure dengan judul yang mirip itu, saya tidak tahu. 🙂

    • Kuburan barangkali cuma memarodikan judulnya saja, ya, KK. Beda banget ini soalnya karakter musiknya. Tapi ini menunjukkan kalau Kuburan punya wawasan (dan, karenanya, terhubung juga dengan skena musik dunia).

      Memang sulit sih kalau semata-mata cuma melihat dari lirik. Tapi kalau dari lirik PLUS dengan judul yang seperti itu, rasanya ganjil juga (peluangnya terlalu muskil gitu) kalau si Euis belum pernah denger tentang si Elise.

      Asyik juga. Yang satu tadinya memuja (Kuburan) dan satu lagi tadinya mbela-mbelain (The Cure), lalu akhirnya keduanya ‘let go’ karena nyadar it won’t work. Dan keduanya sama-sama [konklusif] si gadis nggak bakal paham. Serunya lagi, The Cure cuma samar (if at all) kasih deskripsi Elise, tapi Kuburan eksplisit sebut kondisi Euis.

      Artinya kalau benar ini adalah cara si ‘Lupa-lupa/tapi ingat’ menerjemahkan lagu The Cure tsb, mungkin kita bisa bilang bahwa di balik kemasan syair jenaka dan kostum ‘freaky’-nya itu Kuburan sebenarnya adalah kumpulan orang-orang serius. 🙂

  14. Saya jadi penasaran ingin tahu lebih banyak soal musisi-musisi yang menginfluens Kuburan. Tapi, pas tak browsing, belum ketemu tulisan yang membahas soal inspirasi bermusik Kuburan. Di “widget” laman Wikipedia-nya tidak ada, di beberapa wawancara berita yang saya baca, sepertinya para jurnalisnya luput (atau tak tertarik) mendalami soal itu.

    Ibarat sajian restoran, si Euis masih perlu banyak permak, sedangkan Lupin (Lupa Ingat) sudah final dan sangat laik jual (perkara orang suka atau tidak sama rasanya itu tentu cerita lain). Kalau si Euis lebih tua daripada Lupin, secara progres berarti Kuburan kebilang positif ekstrim (terutama kalau selisih umur keduanya pendek).

    Selebihnya saya nge-blank, karena tahunya ya dua lagu itu tok (yang meski secara lirik sama-sama jenaka, secara [karakter] musik kok rasanya beda ke mana-mana gitu). Selamat menikmati risetnya. 🍸

    PS: Saya nggak bisa musik. Cuma penikmat—yang suka ‘waton nyembur’ mengeksploitasi haknya sebagai ‘konsumen adalah raja’, OK? 🙂

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.